Senin 19 Sep 2016 11:19 WIB

Lima Titik Mal dan Hotel Perparah Kemacetan di Sleman

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Ilham
Kemacetan lalu lintas (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kemacetan lalu lintas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bertambahnya jumlah hotel dan mal di Kabupaten Sleman berdampak pada kelancaran arus lalu lintas. Berdasarkan pengamatan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) setempat, saat ini ada lima titik kemacetan yang ditimbulkan oleh keberadaan mal dan hotel.

Adapun titik kepadatan kendaraan tersebut terjadi di jalan sekitar Ambarukmo Plaza, Hotel Grand Tjokro Jalan Gejayan, Superindo Kentungan, Indolux Hotel Jalan Palagan, dan Jogja City Mall Jalan Magelang. Meski demikian, selain karena keberadaan bangunan baru, kemacetan juga disebabkan oleh volume kendaraan yang semakin meningkat.

"Sebenarnya tanpa ada bangunan hotel dan mal pun jalan-jalan tersebut sudah padat. Diperparah dengan arus belok kanan dari pengunjung hotel dan mal, jadi macet," kata Kepala Bidang Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Sleman, Sulton Fatoni pada Republika.co.id, Senin (19/9).

Menurutnya arus belok kanan ini sering menimbulkan antrian kendaraan yang panjang. Sehingga terjadi kemacetan yang tidak bisa dihindari. Sementara itu, dari sisi fasilitas parkir, hotel dan mal di Sleman telah memiliki kapasitas yang memadai. Jika seluruh kendaraan pengunjung parkir di dalam mal atau hotel, potensi kemacetan menjadi sangat rendah.

Namun karena keberadaan parkir liar, akhirnya banyak kendaraan yang parkir di luar. Hal ini juga menjadi penyebab kemacetan yang cukup tinggi. Sulton mengemukakan, pihaknya telah melakukan upaya pembubaran parkir liar, seperti di sekitar Ambarukmo Plaza. Namun, setelah beberapa lama kantong parkir tak berizin tersebut muncul kembali.

Di sisi lain, kepadatan kendaraan di Sleman sudah hampir melebihi batas maksimal. Sulton mengmukakan, saat ini volume kendaraan di beberapa jalan sudah mencapai 0,7 sampai 0,8 persen. Padahal, bagi infrastruktur jalan tipe B di Kabupaten Sleman, volume idealnya hanya 0.2 sampai 0,4 persen.

"Untuk jalan sempit kapasitasnya hanya 2.000 kendaraan per jam. 0,4-nya ya sekitar 800-an kendaraan. Nah di sekitar Indolux itu sekarang sudah 0,7 persen. Kalau sedikit lagi ada penambahan volume, ya bisa luber," ujar Sulton. Ia menjelaskan, volume kendaraan 0,7 persen merupakan angka maksimal bagi kapasitas sebuah jalan.

Selain di sekitar bangunan hotel dan mal, kemacetan juga terjadi di beberapa persimpangan. Di antaranya di pertigaan lampu lalu lintas Bandara Adisutjipto, Pasar Gamping, perempatan lampu lalu lintas Tempel, Jalan Solo dekat UIN Sunan Kalijaga, dan sekitar Bundaran UGM. 

Guna mengurai kemacetan, Dishub Sleman telah melakukan berbagai upaya rekayasa lalu lintas. Bahkan, di wilayah sekitar UGM, Dishubkominfo Sleman telah bekerja sama dengan Dishub DIY dan Kota Yogyakarta untuk melakukan perubahan arus kendaraan. Salah satunya dengan membuat lalu lintas satu arah di Jalan Sagan dan Jalan C Simanjuntak.

"Ke depannya kami akan terus melakukan upaya untuk memecah masalah kemacetan yang sekarang mulai terasa parah," kata Sulton. Ia berharap ke depannya seluruh pihak bisa ikut berkontribusi dalam upaya tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement