REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDIP akan mengumumkan calon gubernur dalam Pilkada DKI pada malam ini. Dua nama kuat muncul untuk ditetapkan, yakni Gubernur pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atau Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Risma mengaku masih menunggu. Namun dalam beberapa pekan terakhir, ia mengindikasikan peluangnya untuk ikut dalam Pilkada DKI Jakarta.
Berikut peryataan Risma dalam kurun 1,5 bulan terakhir.
Senin, 1 Agustus
Risma Menolak Halus
Risma menolak secara halus dukungan dari Jaklovers dan Pasukan Risma (Paris) untuk maju pada Pilgub DKI 2017. Risma mengaku masih ingin mengabdi untuk warga Surabaya. "Aku nggak bisa mengadu warga Surabaya dengan warga Jakarta. Orang di sana (Jakarta) mengharapkan, orang di sini (Surabaya) nggak boleh. Lah mosok (masak) aku dipecah dadi loro (dibelah menjadi dua)," ujar kata Risma kepada wartawan di Surabaya, Ahad (31/7) kemarin.
Penolakan Risma sudah disampaikan kepada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Risma pun yakin Mega bisa memahami keengganannya.
Ia mengaku lebih memilih warga Surabaya yang telah memilihnya jadi Wali Kota ketimbang bertarung di Pilgub DKI. Prinsip ini telah dipegangnya sejak mencalonkan diri menjadi Wali Kota untuk periode kedua. "Jadi pemimpin itu nggak mudah," ujarnya.
Kamis, 11 Agustus
Risma Kecam Ahok
SURABAYA -- Wali Kota Tri Rismaharini menilai pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama yang menyebut keberhasilan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur membangun pedestrian adalah keberhasilan kecil di wilayah seukuran Jakarta Selatan bisa membuat warga Surabaya tersinggung.
"Aku juga warga Surabaya yang punya harga diri," kata Risma saat menggelar jumpa pers di ruang kerjanya di Surabaya, Kamis (11/8).
Menurutnya, apa yang disampaikan Basuki alias Ahok sama saja menghina dan merendahkan harga diri warga Surabaya. Risma memperlihatkan data bahwa luas Surabaya itu 374 kilometer persegi, sedangkan Jakarta 661,5 kilometer persegi.