Rabu 21 Sep 2016 10:05 WIB

Setelah Brexit, Pelayanan Manula di Inggris Alami Krisis

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Brexit
Foto: Ap Photo
Brexit

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON --  Sektor pelayanan sosial untuk manula dan difabel  di Inggris mengalami krisis karena adanya pembatasan migrasi pasca Brexit. Badan amal Independent Age dan International Longevity Centre UK (ILC-UK) mengatakan, selama ini sektor tersebut memiliki ketergantungan terhadap pekerja dari negara Eropa lain.

Saat ini, 84 ribu perawat di Inggris berasal dari negara-negara Zone Ekonomi Eropa. Sekitar 90 persen dari mereka tidak memiliki kewarganegaraan Inggris dan status imigrasi mereka masih belum jelas.

Kegagalan mengatasi kekurangan tenaga kerja dinilai akan berdampak pada perawatan ribuan manula dan difabel. Mereka menggantungkan diri pada dukungan perawat ketika sakit, bangun tidur, hingga berpakaian di pagi hari.

"Jasa perawatan untuk manula dan difabel mengandalkan buruh migran, terutama dari Eropa, sehingga akibatnya bisa parah jika mereka tidak mampu bekerja di sini lagi," ujar Direktur Kebijakan Independent Age, Simon Bottery, dikutip dari the Guardian.

Inggris menggantungkan diri pada tenaga kerja Eropa untuk jasa perawatan manula dan difabel sejak 2012. Sejak adanya perubahan aturan imigrasi, tenaga kerja Eropa kesulitan masuk ke Inggris untuk bekerja dalam bidang layanan sosial.

Diperkirakan, Inggris akan kekurangan satu juta tenaga kerja dalam sektor ini pada 2037. Bahkan jika imigrasi masih dipermuda, sektor perawatan masih kekurangan 300 ribu tenaga kerja.

Baca juga, Muslim Inggris Khawatir dengan Hasil Brexit. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement