REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Kondisi badak sumatera (Dicerorinus sumatranus) tak sebaik saudaranya (Rhinoceros sondaicus) di Jawa. Badak jawa bernasib lebih baik, walaupun saat ini juga menghadapi masalah keterbatasan luasan habitat untuk pertumbuhan populasinya.
Pemerintah Indonesia mencanangkan target pertumbuhan populasi sebesar 10 persen untuk 25 satwa dilindungi pada kurun waktu 2015 – 2019, termasuk di dalamnya badak sumatra dan Badak Jawa. Untuk badak jawa, target ini hampir terpenuhi, namun tidak untuk badak sumatera yang jumlah populasinya pada 1974 diperkirakan antara 400-700 ekor.
Masalah lain yang dihadapi adalah pertumbuhan langkap (Arenga obsitulia) yang sangat cepat sehingga menahan laju tumbuhnya pakan Badak Jawa di satu-satunya habitat mereka di Ujung Kulon. Berdasarkan data terakhir yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah Badak Jawa di habitat terakhirnya di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sebanyak 63 ekor.
Sementara itu, berdasarkan kesimpulan para ahli dalam pertemuan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) pada tahun 2015 lalu, badak sumatera diperkirakan hanya tersisa kurang dari 100 ekor.
“Untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang semakin kritis, perlu adanya pendekatan konservasi berbasis spesies seperti yang dilakukan pada Badak Jawa,” ujar Program Koordinator Proyek Ujung Kulon WWF-Indonesia, Yuyun Kurniawan kepada Republika.co.id, Kamis (22/9).
Ia mengatakan, meski jumlah populasi Badak Sumatera relatif lebih besar dari populasi Badak Jawa tetapi keberadaannya tersebar dalam sub-sub populasi yang kecil. Itu artinya, peluang pertumbuhan populasi Badak Sumatera relatif lebih rendah dibandingkan dengan badak jawa.
Jumlah populasi Badak Jawa pada 1970 sekitar 47 ekor berdasar data WWF. Angka tersebut kemudian meningkat menjadi 51 ekor pada 1981. Pada 2014 dketahui jumlah Badak Jawa mencapai 57 ekor dan tahun ini dengan total 63 ekor. Peningkatan jumlah tersebut membuktikan bahwa upaya konservasi berbasis spesies perlu dilakukan juga untuk meningkatkan populasi badak sumatera.
Direktur Konservasi WWF Indonesia Arnold Sitompul mengatakan, upaya konservasi badak sumatra di Indonesia harus dilakukan dengan mengedepankan inovasi baru yaitu mendorong program pembiakan semi alami yang lebih aktif.
Ia menilai, kondisi populasi di alam sudah sangat kritis sehingga perlindungan habitat saja tidaklah cukup untuk menyelamatkan badak sumatera. “Sementara itu untuk badak jawa, manajemen habitat harus segera dilakukan dengan lebih agresif, melalui langkah-langkah pengendalian langkap yang merupakan spesies invasif dan sudah sangat menggangu habitat asli badak,” ujar dia.