REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pemimpin Taliban juga mengikuti jalannya debat presiden AS dari lokasi tersembunyi di Afganistan. Saat dihubungi Reuters via telepon, Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan, kedua kandidat hanya bicara soal negaranya.
Menurutnya, para pemimpin Taliban tidak terkesan dengan keduanya. Mereka juga menyebut kandidat Republik, Donald Trump tidak serius.
"Hal utama yang kami inginkan dari presiden AS selanjutnya adalah mereka belajar dari kesalahan para pendahulunya," kata Mujahid.
"Mengapa mereka dibenci seluruh dunia? Itu karena kebijakan agresif mereka. Mereka menginvasi negara lain dan membunuh orang tidak berdosa demi kepentingan mereka," lanjut Mujahid.
Pemenang pemilu akan memutuskan kebijakan di masa depan soal perang terlama Amerika. Setelah serangan 11 September 2001, AS mulai kampanyenya menyerang Taliban di Kabul.
Presiden Barack Obama tahun ini mengatakan akan tetap menyimpan 8.400 pasukan hingga akhir kepengurusannya. Sehingga masa depan perang melawan Taliban di Afganistan akan bergantung pada penggantinya.
Menurut Zabihullah, pemimpin Taliban menyebut Trump adalah kandidat yang tidak serius. "Apa pun yang dia katakan hanya keluar dari lidahnya," kata dia.
Zabihullah mengatakan, baik Obama dan George W Bush telah menghabiskan waktu 15 tahun dan triliunan dolar tanpa bisa mengalahkan Taliban. "Jika presiden baru tidak mengubah kebijakan, Taliban akan melanjutkan perjuangan mereka hingga Amerika keluar dari Afganistan," kata Zahibullah.