Rabu 28 Sep 2016 21:23 WIB

Pengusaha Penggemukan Sapi Keluhkan Kebijakan Sapi Indukan Kemendag

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
Sapi impor asal Australia (ilustrasi) Republika/Edwin Dwi Putranto
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Sapi impor asal Australia (ilustrasi) Republika/Edwin Dwi Putranto

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- ‎Kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang mewajibkan perusahaan penggemukan sapi (feedloter) untuk mengimpor sapi indukan berbarengan dengan sapi bakalan, dianggap belum bisa dijalankan. Sebab butuh infrastruktur dan biaya besar untuk mendatangkan dan mengembangbiakkan sapi indukan.

Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia ( Gapuspindo) Joni Liano mengatakan, harga sapi indukan dengan sapi bakalan jelas berbeda. Sapi indukan memiliki harga lebih mahal. Satu sapi indukan dari Brasil harus didatangkan dengan harga sekitar Rp 20‎ juta. Sedangkan sapi bakalan Rp 15-16 juta‎.

"Ini belum ditambah uang vaksinasi, karena kesehatan sapi indukan lebih diperhatikan. Satu sapi ini minimal 250 dolar AS sekali vaksinasi," kata Joni dikantornya, Rabu (28/9).

Selain masalah harga, Joni menjelaskan sapi indukan saat ini sulit dicari. Di Australia pun, pengelola sapi tengah kesulitan mengembangbiakan sapi anakan, sehingga mereka akan memberikan harga tinggi ketika ada permintaan pembelian sapi indukan.

Selain membutuhkan dana cukup besar untuk mendatangkan sapi indukan, feedloter pun akan kesulitan ketika diminta mengembangbiakkannya. Sebab infrastruktur dan cara penanganan sapi bakalan dan indukan sangat berbeda. Hal ini nantinya akan berujung pada anggaran sapi indukan.

‎Untuk memelihara sapi indukan pun tidak mudah. Butuh penanganan khusus agar sapi bisa menghasilkan sapi anakan yang berkualitas. Jika sapi diberikan kepada peternak lokal, hal tersebut pun tidak sepenuhnya berjalan baik. Karena tidak semua peternak mengerti masalah pengembangbiakkan secara baik dengan sapi impor.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement