Kamis 29 Sep 2016 18:30 WIB

Estonia Akui Eksistensi Islam

Rep: Nashih Nasrullah/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Estonia
Foto: [ist]
Estonia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Estonia terbilang terbuka menerima imigran, utamanya imigran Muslim. Keterbukaan itu didukung dengan pengakuan eksistensi keagamaan para imigran.

(Baca: Muslim Estonia, Minoritas yang Cinta Damai)

Misalnya, diperbolehkan memiliki lahan pemakaman khusus Muslim. Tak hanya itu, agama Islam juga tercantum sebagai agama resmi dalam konstitusi sejak tahun 1928. Mereka mendapat pekerjaan cukup baik di berbagai bidang profesi. Perdagangan berkembang pesat, demikian pula sektor pendidikan, banyak pelajar Muslim yang menimba ilmu di Universitas Tartu.

Polisi Keamanan Nasional Estonia menyatakan dalam laporan tahunan 2012, toleransi yang mucul dari mayoritas dan minoritas itu, memberikan dampak yang positif bagi pola keagamaan umat Islam itu sendiri. Menurut Direktur Jenderal Polisi Keamanan Reaivo Aeg, tidak ada kecenderungan ke arah fundamentalisme dari komunitas Muslim di Estonia.   

Laporan itu juga menyebutkan, jumlah anggota komunitas Muslim yang berasal dari imigran belakangan kian tumbuh perlahan-lahan. Fenomena tersebut di satu sisi memang tidak masalah bila disertai dengan kemampuan beradaptasi dari para pendatang itu.

Sayangnya, katanya, para imigran baru tersebut cenderung mengikuti praktik ritual yang terkesan rigid dan ketat serta potensial terhadap paham radikal dan fundamental, seperti paham Salafi. Gejala ini tentunya bisa menjadi ancaman bagi masa depan komunitas Muslim asli yang homogen dan cinta damai.

Tak menutup kemungkinan bila geliat ideologi itu menyebar, bisa memecah Muslim Estonia menjadi faksi-faksi yang saling berseberangan, bahkan bertikai. “Potensi itu tak bisa dilihat sebelah mata,” ujarnya.   

Reaivo menambahkan, munculnya potensi radikalisme itu juga dipicu oleh akses beragam informasi di dunia maya. Tak jarang, sejumlah situs memberikan penafsiran yang salah terhadap Islam dan mempropagandakan kekerasan. Ia pun memperingatkan, bila hal itu tak segera di atasi maka ke depan akan berdampak pada meluasnya radikalisme di tengah-tengah Muslim Estonia yang cinta damai.                                        

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement