REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mufti Estonia, Ildar Muhhamedsin mengungkap umat Islam Estonia kini bergiat mengejar ketertinggalan. Salah satunya dengan mendorong peningkatan mutu pendidikan, termasuk pendidikan agama. Selain memperjuangkan pelajaran agama masuk ke sekolah umum, mereka juga mendirikan madrasah. Pendidikan madrasah dilakukan pada sore hari.
Di madrasah tersebut, belajar anak-anak dan juga orang dewasa tentang agama Islam. Kegiatan madrasah tersebut dikelola oleh dua orang guru,'' ujarnya.
Menurut sarjana fiqih dan filsafat Universitas Riyadl Arab Saudi ini, pemerintah Estonia mengakui keberadaan Islam. Ijazah madrasah diakui oleh pemerintah. Diakuinya, perkembangan umat Islam di Istonia tidak terlalu pesat bila dibandingkan dengan sejumlah negara Eropa lainnya.
''Salah satu contohnya, yang bisa belajar di Timur Tengah hingga kini baru saya dan istri,'' ungkapnya.
Karena itu, ia sangat bersemangat mendidik umat Islam Istonia terutama dalam bidang bahasa Arab sehingga bisa lebih banyak yang bisa mendalami agama Islam dari sumber pertama yakni di Timur Tengah.
''Kami sangat senang, bila nanti banyak umat Islam Istonia yang belajar agama Islam di berbagai perguruan tinggi di Timur Tengah. Karena itulah, kami berusaha mengirim anak-anak muslim ke sejumlah negara Islam,'' tuturnya menjelaskan.
Dengan wajah haru, pria yang akrab disebut Ildar ini mengungkapkan kegalauannya. Terutama minimnya kemampuan umat Islam Istonia dalam bidang penguasaan bahasa asing, termasuk bahasa Arab. Hal itu terjadi, selain belum adanya bangunan masjid dan hanya ada satu bangunan madrasah, juga minimnya tenaga pengajar agama Islam, yakni hanya ada dua orang. Dirinya dan sang istri, Iman Liya makhmutova.
''Memang sangat disayangkan, banyak umat Islam Istonia yang belum mengenal bahasa Arab. Kami berusaha menerbitkan terjemahan Alquran dalam bahasa Istonia.''
Islam datang ke Estonia kali pertama sebelum lima abad yang lalu. Ketika masa Kakaisaran Rusia sekitar tahun 1721 banyak kaum Muslim suni dari Tatar dan kaum Muslim Syiah Azeri berpindah ke Estonia. Gelombang imigran Muslim datang lagi antara tahun 1940-1991 pada masa pendudukan Uni Soviet.
Muslim Tatar giat melakukan syiar agama. Sejak tahun 1860 dakwah sudah dilakukan secara terorganisasi, dengan pusat kendali di Narva. Tahun 1928, organisasi Muslim pertama, Narva Muhamedi Kogudus berdiri, dan mendapat pengakuan dari Pemerinta Republik Estonia Merdeka.
Organisasi Muslim kedua lahir tahun 1939 di Tallinn, bernama Tallinna Muhamedi Usuühing. Organisasi ini bahu-membahu mengumpulkan donasi dan membangun masjid di berbagai wilayah. Namun tahun 1940 pemerintah Soviet melarang pembangunan dan aktivitas di masjid. Tak sampai satu dasawarsa, masjid-masjid itu hancur atau beralih fungsi.