Selasa 04 Oct 2016 23:45 WIB

LKNU: Masyarakat Jangan Tergiur Iming-Iming Dimas Kanjeng

Ratusan petugas kepolisian mengamankan proses rekontruksi di padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Ratusan petugas kepolisian mengamankan proses rekontruksi di padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sekretaris Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Provinsi Banten, Oji Santani mengatakan masyarakat jangan tergiur iming-iming penggandaan uang yang dijanjikan penyebar Dimas Kanjeng.

"Kami yakin korban penggandaan uang yang dilakukan penyebar Dimas Kanjeng di Lebak cukup banyak, namun mereka tidak melaporkannya," kata Oji Santani di Rangkasbitung, Lebak, Selasa (4/10).

Untuk mencegah korban penipuan penggandaan uang, pihaknya meminta peran ulama lebih optimal memberikan pemahaman agama kepada masyarakat. Pemahaman agama itu diharapkan masyarakat tidak terbujuk oleh iming-iming penggandaan uang yang bisa mengubah kehidupan strata sosial tanpa bekerja keras.

Penyebar modus penggandaan uang Dimas Kanjeng di kalangan masyarakat saat ini masih berkeliaran. Karena itu, peran ulama sangat berperan untuk mencegah agar masyarakat tidak menjadi korban penipuan penggandaan uang.

"Kami berharap ulama dapat memberikan pemahaman agama kepada masyarakat agar memiliki akal sehat dengan tidak tergiur oleh orang-orang yang mengaku mampu melipatgandakan uang," katanya.

Menurut dia, penipuan dengan berbagai cara saat ini sudah hal biasa, sehingga perlu waspada jika orang baru kenal yang menjanjikan dengan akal tidak sehat. Saat ini, masyarakat yang menjadi korban Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur akibat akal tidak sehat juga minimnya pemahaman agama.

Sebab, agama Islam mewajibkan orang bekerja dan mencari uang halal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. "Saya kira uang itu tidak ada yang datang sendiri secara tiba-tiba. Untuk itu, masyarakat jangan percaya oleh akal tidak sehat itu," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, perkembangan penggunaan teknologi media melalui internet cukup rawan dijadikan penipuan untuk menggaet para korban. Mereka para penipu menyebarkan janji-janji melalui media sosial (facebook), youtube, SMS, WA dan BBM.

"Kami minta masyarakat tetap waspada agar tidak menjadi korban penipuan," katanya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement