REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Rusia mengumumkan akan memperpanjang waktu gencatan senjata di Aleppo. Serangan udara tidak dilakukan selama 24 jam sejak kemarin di wilayah timur salah satu kota terbesar Suriah tersebut.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shouigu mengatakan perpajangan waktu berlangsung hingga Jumat (21/10) pukul 16.00 waktu setempat. Dengan demikian, jeda kemanusiaan seperti evakuasi dan bantuan lainnya terhadap warga sipil dapat diberikan dengan aman.
Namun, oposisi Suriah dilaporkan telah menolak memperpanjang gencatan senjata. Pertempuran masih dilakukan di beberapa titik wilayah yang dikuasai kelompok tersebut. Selain itu, beberapa warga juga dikatakan menolak peringatan untuk meninggalkan rumah. Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, tak jarang dari mereka yang ditahan oleh keompok oposisi.
"Kelompok telah mencegah evakuasi penduduk dilakukan," ujar Lavrpv, dilansir BBC, Jumat (21/10).
Rusia merupakan pihak yang mendukung Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al Assad. Selama ini, serangan udara dikerahkan untuk memukul mundur pasukan oposisi.
Gencatan senjata dilakukan untuk memungkinkan dari koridor kemanusiaan di wilayah timur Aleppo dibuka dengan aman. Warga yang terkepung dapat keluar dengan aman, sementara bagi anggota oposisi diberi kesempatan untuk pergi tanpa membawa senjata mereka.
Sementara itu, kepala bidang kemanusiaan PBB Jan Egeland mengatakan dengan gencatan senjata ini diharapkan ratusan warga yang sakit dan terluka dapat diberi pertolongan secepat mungkin. Ia mengatakan langkah ini sangat tepat untuk menyelawatkan nyawa banyak warga sipil.
"Ini adalah lampu hijau yang kami butuhkan tidak hanya dari Rusia, namun juga kelompok oposisi di Suriah untuk menyelamatkan seluruh warga sipil yan menjadi korban konflik," jelas Egeland.