Jumat 28 Oct 2016 20:52 WIB

KBBI V Diluncurkan Mendikbud

Rep: Priyantono Oemar/ Red: Karta Raharja Ucu
Kemendikbud mengeluarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima.
Foto: Priyantono Oemar/ Republika
Kemendikbud mengeluarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kini mencatat 127.036 lema dan makna. KBBI Edisi V ini, Jumat (28/10) sore kemarin diluncurkan Mendikbud Muhadjir Effendy berbarengan dengan Puncak Peringatan Bulan Bahasa dan Sastra 2016 di Hotel Bidakara, Jakarta.

Menurut Mendikbud, peluncuran KBBI V dilambangkan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pengembangan bahasa Indonesia. Jarak waktu peluncuran mencapai delapan tahun sejak KBBI IV diluncurkan pada 2008.

‘’Bahasa nasional yang kelak kita harapkan menjadi bahasa internasional, bahasa diplomasi, bahasa ilmu pengetahuan, bahasa pergaulan, dan bahasa perdagangan,’’ ujar Mendikbud.

Mhadjir berharap, cita-cita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional bisa terwujud. ‘’Malaysia sangat bersemangat beradaptasi dan mengadopsi bahasa Indonedsia, agar ada kesesaian dengan bahasa Melayu di Malaysia,’’ ujar Muhadjir.

Saat ini, kata Muhadjir, pengguna bahasa Indonesia mencapai sekitar 360 juta. Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar mengatakan, selain peluncuran KBBI V versi cetak, diluncurkan versi daring dengan alamat kbbi.kemdikbud.go.id. Versi daring Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bahan Literasi Cerita Rakyat, dan Program Pengayaan Kosakata Bahasa Indonesia, juga diluncurkan Jumat kemarin.

KBBI V ini menampilkan lema dan sublema baru sebanyak 16.841 serta makna baru sebanyak 17.240. Jumlah keseluruhan lema ada 108.844. Versi cetak, tebalnya mencapai 2.040 halaman, jauh lebih banyak dibandingkan dengan KBBI IV yang tebalnya 1.400-an halaman.

Dalam acara kemarin, hadir pula mantan menteri Pemuda dan Olahraga, Abdul Gafur. Abdul Gafurlah pencetus Bulan Bahasa pada 1980, yang kini menjadi Bulan Bahasa dan Sastra. ‘’Pada tahun 1978, kita rayakan 50 Tahun Sumpah Pemuda secara besar-besaran di Istora, dihadiri 50 ribu pemuda, tercetus untuk memberi makna bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa karena bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dicetuskan pada Sumpah Pemuda,’’ tutur Gafur.

Penetapan Bulan Bahasa kemudian disertai dengan ketentuan penamaan dalam bahasa Indonesia. Tapi sejak reformasi, semangat itu luntur, sehingga kata Gafur, banyak mal atau kompleks perumahan/kompleks perkanatoran tidak memakai nama dalam bahasa Indonesia. Karena itu, ia menitip pesan untk Presiden Jokowi, agar menertibkan kembali penggunaan bahasa asing itu.

Puncak Bulan Bahasa dan Sastra diisi pula dengan pemberian penghargaan kepada orang-orang yang peduli terhadap bahasa dan sastra Indonesia dan peduli terhadap bahasa dan sastra daerah. Ada nama Ivan Lanin, yang mendaringkan KBBI IV; ada TD Asmadi, mantan ketua Forum Bahasa Media Massa (FBMM) yang dinilai aktif mengembangkan bahasa Indonesia di media massa, ada Taufik Fathurohman yang aktif melestarikan bahasa daerah, dan sebagainya. Ada pula pemberian penghargaan kepada hotel yang peduli terhadap bahasa Indonesia, yaitu Hotel Borobudur.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement