REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Delapan tahun lalu, Barbara Squires menghadapi dilema keuangan. Pernikahannya hancur dan kesulitan membayar tagihan cicilan kredit rumahnya di daerah Redfern Terrace, Sydney dengan mengandalkan penghasilan tunggal.
Barbara menyelesaikan masalahnya dengan berbagi rumah seperti yang dilakukannya semasa kuliah dahulu. Hanya saja kali ini dia berbagi rumah dengan seseorang yang jauh lebih muda darinya.
Barbara yang ketika itu berusia 60 tahun mengundang mahasiswa asal Iran berusia 23 tahun, Niloufar Imanriad untuk tinggal bersamanya. "Dia membayar uang sewa dengan harga pantas. Dia membantu mengurus rumah. Dia pendamping yang baik. Niloufar sekarang tengah mengambil dua gelar di universitas dan sejauh ini mampu mengatasi masalah pasar perumahan di Sydney,” katanya.
Barbara kini dikontrak oleh Pemerintah Parramatta untuk menjalankan studi kelayakan pengaturan berbagi rumah seperti yang dia lakukan. Dia sebelumnya bekerja untuk lembaga amal pertama di Australia, Benevolent Society yang menjalankan program berbagi rumah, namun program ini sudah dihentikan sejak 10 tahun lalu.
Penghentian ini dikarenakan kurangnya dukungan pendanaan dari pemerintah negara bagian dan juga berkurangnya minat dari kelompok usia yang lebih tua. Barbara mengatakan pihaknya memberi laporan kepada Departemen terkait mengenai 500.000 lebih rumah di NSW yang dihuni penduduk berusia di atas 50 tahunan. Dan mereka memiliki setidaknya dua kamar tidur kosong.
Namun, ketimbang mendorong kelompok penduduk lebih tua untuk berhemat, berbagi rumah seharusnya bisa dianggap sebagai pilihan tepat. "Apa yang sering kita temui adalah tingginya permintaan akomodasi yang terjangkau dan bersedia untuk berbagi rumah. Tapi orang dari kelompok yang lebih tua lah yang tidak bersedia melakukannya,” katanya.
"Biasanya program ini menyasar orang berusia di atas 75 tahun. Tapi kita ingin melihat apakah banyak peminat dari kalangan orang yang tinggal sendiri dan berusia di atas 55 tahun," jelasnya.
Pro kontra berbagi rumah
Niloufar Imanriad membayar Barbara Squires sebesar 180 dolar AS atau sekitar Rp 1,8 juta per pekan. Tarif ini 40 dolar lebih murah dibandingkan tarif sewa rumah di daerah Waterloo.
Menurut daftar dari pasar properti setempat, rata-rata sewa untuk satu orang dalam sebuah rumah town house dengan tiga kamar tidur berkisar antara 245 dolar AS atau setara Rp 2,4 juta per pekan. "Saya tidak mampu menyewa rumah di Sydney," kata Niloufar, yang kini berusia 31 tahun.
"Saya benar-benar mengandalkan berbagi rumah. Saya bisa bertahan lebih baik dan mampu belajar. Ini merupakan program pertukaran budaya yang baik dan membantu penguasaan Bahasa Inggris saya. Sepertinya saya tidak akan mampu mendapatkan rumah dalam waktu dekat. Tapi mudah-mudahan nantinya bisa,” ujarnya.
Pemeriksaan dan keseimbangan
Barbara Squires mengatakan keprihatinan utama para pemilik rumah yang lebih tua adalah asal para penyewa rumah itu. Dia mengatakan banyak bisnis berbagi rumah komersial yang berhasil membantu orang mendapatkan teman serumah dengan meninggalkan referensi kepada pemilik rumah.
“Jika Pemerintah Parramatta menetapkan program berbagi rumah, warga harus membayar untuk pemeriksaan latar-belakang untuk mereka," kata Squires.
Menurut Homeshare Australia and New Zealand Alliances, sebuah lembaga nonprofit yang merupakan induk organisasi layanan berbagi rumah, referensi dan pengecekan polisi semacam ini diperlukan. Para pelaku bisnis berbagi rumah akan menilai peminat berdasarkan kepribadian, nilai-nilai dan tujuan mereka sebelum perjodohan dilakukan.
Program serupa juga berlangsung di seluruh Australia, termasuk di Victoria, ACT, Queensland, Australia Selatan dan Australia Barat.