REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsep sila kelima dalam Pancasila, memiliki irisan dengan semangat penguatan generasi dalam ajaran Islam. Dengan menghadirkan keadilan sosial, umat Islam terhindar dari meninggalkan generasi yang lemah.
Direktur Utama Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu) Andar Bawono mengatakan, dalam Pancasila ada amanat bagaimana membangun kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Jika tidak terpenuhi, muncul konflik.
Sila kesatu hingga keempat tidak ada artinya bila tidak ada keadilan sosial. Maka, penciptaan keadilan sosial tidak bisa diabaikan. Andar melihat, inti Pancasila adalah pemenuhan keadilan sosial. Kata dia, terorisme muncul karena ada keadilan sosial yang belum terpenuhi.
Maka, umat Islam harus takut meninggalkan generasi yang lemah dari segala aspek. Dalam perspektif ini, maka jangan sampai umat Islam meninggalkan keturunan anak cucu dan generasi lemah.
"Maka cita-cita keadilan sosial itu penting. Peran filantropi penting baik dalam konteks lokal, nasional, dan global seperti pujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)," kata Andar dalam diskusi Jurnal MAARIF ke-25 yang bertema Tafsir Kontemporer: Negara Pancasila sebagai Dar al-'Ahdi wa al-Syahadah di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Senin (31/10) malam.
LazisMu punya cita-cita mencapai keadilan sosial seperti yang diamanatkan Pancasila. Tidak hanya untuk Muslim, tapi untuk semua. Delapan asnaf yang terdapat dalam Alquran, kata Andar, penyebutannya bersifat general.
Mereka yang Muslim dan non-Muslim selama mereka memang masuk kategori delapan asnaf, maka wajib dibantu. Maka, peran lembaga filantropi dalam menciptakan keadilan sosial, melalui program pemberdayaan yang mengentaskan kemiskinan dan kefakiran sebenarnya, juga membantu pemerintah.