REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dokter muda, Komarudin Tabrani (33 tahun) tak mau ketinggalan untuk turut serta dalam aksi damai 4 November.  Ia bahkan rela untuk bertukar tugas jaga dengan temannya demi bisa menjadi tim medis GNPF MUI pada aksi damai, Jumat (4/11).

"Kebetulan saat aksi damai jilid pertama saya tidak bisa ikut, saat itu saya agak nangis terharu juga. Ini kebetulan ada yang gantiin jaga makanya saya bisa ikut dan mendaftar jadi tim medis," ungkap Komarudin saat berbincang dengan Republika.co.id.

Bapak dari satu anak itu menuturkan, ia mengetahui informasi relawan tim medis dari pesan berantai di media sosial mengenai dibukanya relawan medis untuk aksi damai 4 November. "Lillahi ta'ala, seperti tergerak sendiri untuk mendaftar," ucapnya. Ia menuturkan GNPF MUI mengerahkan 40 ambulans  dan ratusan relawan medis yang berasal dari para dokter, perawat, paramedis dan lainnya untuk bertugas berpatroli selama aksi damai berlangsung.

Adapun, sambung Komarudin,  dari 40 ambulans,  24 dipakai untuk posko kesehatan yang berkeliling di sekitar lokasi aksi untuk memberikan pertolongan pertama bila ada relawan yang sakit. "Di setiap posko ada obat-obatan juga, kalau memang keadaan gawat darurat maka langsung dibawa ke rumah sakit, kami bekerja sama dengan 9 rumah sakit terdekat," tuturnya.

Sejak pukul 06.00 pagi, dokter yang praktik di wilayah Depok itu sudah berangkat dari rumahnya yang berada di Pondok Gede, Jakarta Timur. Ia pun berharap agar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) segera ditindak secara adil atas pernyataannya terkait surat Al Maidah ayat 51.

"Kalau bukan hukum negara tidak bisa maka hukum Islam yang ditegakkan, saya pun rela melakukan demo sampai tiga hari, karena kebetulan besok dan Ahad saya juga libur. Yang penting tujuan tercapai," tegasnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika