REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Di saat kelompok ISIS menghadapi kemungkinan kalah di Irak, para pakar kontra terorisme mengatakan kemungkinan warga Australia yang bergabung sebagai pejuang asing untuk kembali akan meningkat.
Peringatan ini muncul setelah penahanan terhadap dua pemuda, masing-masing berusia 17 dan 24 tahun dengan tuduhan bergabung dengan ISIS di luar Australia. Menurut perkiraan sekitar 40 ribu warga asing telah melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS.
Dan lebih dari 100 warga Australia bergabung dengan berbagai kelompok tersebut di Timur Tengah, kelompok yang memiliki ideologi sama dengan ISIS.
Nick O'Brien, mantan petugas kontraterorisme dari Scotland Yard di Inggris yang sekarang bekerja di Charles Sturt University di Australia mengatakan dengan situasi di Irak "ISIS kemungkinan kalah", maka peluang warga Australia yang bergabung dengan mereka untuk kembali akan meningkat. Dan dia mengatakan bila mereka kembali, para militan itu akan membawa keterampilan perang mereka.
"Mereka ini sekarang menjadi militan berpengalaman, mereka mendapat ketrampilan yang didapat di Suriah dan Irak dalam hal terorisme dan cara bertempur. Mereka akan bisa melatih yang lain, karena mereka mungkin sudah melakukan hal tersebut sekarang. Di kalangan sebagian masyarakat, mereka akan dihormati, karena apa yang sudah mereka lakukan, jadi sebagian orang akan mengagumi mereka," kata O'Brien.
"Dan mereka tentu saja sepenuhnya sudah terindoktrinasi dengan paham ISIS," ujarnya.
Para militan ini kemungkinan akan diadilli bila mereka kembali ke Australia, hal yang sulit dilakukan karena pemerintah sebenarnya sudah mengetahui siapa saja yang bepergian ke Timur Tengah. Juga sebagian sudah membakar paspor Australia milik mereka.
Kembalinya militan ini bisa 'tidak terdeteksi pihak keamanan'. Namun pakar kontra terorisme dari Lowy Institute Dr Rodger Shanahan mengatakan para pejuang ini mungkin akan kembali ke Australia dan tidak terdeteksi oleh pihak keamanan.
"Jadi pihak keamanan akan berusaha melacak warga Australia yang bergabung ini. Namun kemungkinan yang pintar bisa kembali menggunakan dokumen palsu. Bila mereka melakukannya tentu ada risikonya. Yang lain mungkin akan menyerahkan diri ke pihak berwenang Australia, dan mencoba kembali dengan dokumen sekali perjalanan, dan bertaruh bahwa tidak ada bukti untuk mengadili mereka," katanya.
"Jadi akan ada berbagai cara bagi mereka yang kembali — ada yang diam-diam, dan ada juga yang akan menyerah dan mengatakan saya ingin pulang."
Para militan yang memiliki pengalaman dengan ISIS ini sebelumnya sudah melakukan beberapa serangan besar di Eropa, termasuk serangan di Paris bulan November tahun lalu yang menewaskan 130 orang. Namun beberapa anggota masyarakat Muslim di Australia mengatakan bahwa beberapa pejuang ini bisa bermanfaat bagi pihak berwenang guna membantu mengalihkan anak-anak muda di sini dari jalur radikalisasi.
Lydia Shelley, seorang pengacara dan anggota terkenal dari Komunitas Islam Australia mengatakan tidak bisa dipungkiri bahwa akan ada warga Australia yang kembali dari daerah konflik di luar negeri dan mungkin pemerintah Australia bisa memanfaatkan mereka. "Mereka mungkin bisa membantu di masalah deradikalisasi, dalam bentuk apa pun," katanya.