REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, Tri Adhianto, mengatakan pihaknya menginventarisir setidaknya 39 titik potensial untuk dijadikan tempat penampungan atau folder air. Sebanyak empat folder air akan dilanjutkan pembangunannya pada tahun 2017.
Sampai dengan akhir 2016, menurut Tri Adhianto, Kota Bekasi mempunyai beberapa folder air. Folder yang sudah selesai, yakni folder air Perumahan Galaxy, Bekasi Selatan. Adapun, yang masih dalam proses penyempurnaan antara lain, folder air Perum IKIP Jatiasih, Pengasinan Rawalumbu, dan Arenjaya Bekasi Timur. "Kita lengkapi dengan pompa dan rumah pompa di tiga tempat itu," kata Tri Adhianto, kepada Republika, Ahad (6/11).
Tri menambahkan, pemerintah kota sudah meminta para camat dan lurah menginventarisasi lahan fasos fasum yang potensial digunakan untuk pembangunan folder air. Tri mencontohkan, di Pengasinan, Rawalumbu pemerintah mendapatkan tambahan lahan seribu meter dari salah satu ormas Islam. Di Jakasampurna, Bekasi Barat, juga tercatat lahan seluas hampir 9000 meter yang potensial digunakan.
"Kurang lebih ada sekitar 39 titik yang berpotensi kami gunakan sebagai tampungan air," ujar Tri. Sebanyak 39 titik tersebut tersebar di 12 kecamatan dengan ukuran lahan beragam. Di samping lahan-lahan fasos fasum tersebut, lanjut dia, adapula tanah-tanah milik Perum Jasa Tirta (PJT) II. Lahan PJT II tersebut, setelah dilakukan penertiban bangunan liar, dapat digunakan untuk penambahan muka saluran atau folder air mini.
Namun, Tri menandaskan, rencana pembangunan folder air di 39 titik tersebut masih dalam tahap pengkajian. Disbimarta akan melakukan pembangunan secara bertahap. Pada 2017, rencananya akan dilakukan lanjutan pembangunan untuk melengkapi pompa dan rumah pompa di tiga titik folder. Juga, pembangunan tambahan folder di Rawapasung Bekasi Barat, Rawabogo Jatiasih, dan Bendungkoja Jatiasih.
Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 300 miliar pada 2016 untuk tata air, termasuk pembuatan folder air dan saluran. Hujan yang kerap mengguyur Kota Bekasi hingga akhir tahun 2016 membuat pemerintah kota masih berjaga-jaga. Tri memperkirakan, Kota Bekasi akan menghadapi siklus lima tahunan pada 2017 mendatang sehingga proyek folder air dan drainase harus dikebut.
Ia mengakui efektivitas beberapa folder masih kurang. Kendati sudah ada folder, warga Pengasinan Rawalumbu misalnya, masih rutin disambangi banjir. Menurutnya, beberapa folder air memang belum maksimal karena belum dilengkapi pompa air. Namun paling tidak, Tri menambahkan, ketinggian air saat banjir sudah dapat dikurangi.
Kepala Disbimarta Kota Bekasi ini menilai sulit untuk menghilangkan banjir sama sekali. Masih banyak tumpukan sampah menyumbat saluran air dan drainase. Secara geografis, tingkat elevasi Kota Bekasi rendah. Daerah tangkapan air juga sudah jauh berkurang. Sebelum pembangunan rumah dan gedung marak, air masih dapat diserap oleh tanah. Setelah tidak banyak lagi lahan kosong, sekarang air hujan seluruhnya masuk ke dalam saluran untuk dibuang.
Volume air yang datang dari hulu, ucap Tri, semakin lama juga semakin banyak. Tidak hanya kawasan hilir atau Kota Bekasi yang mengalami pembangunan, tapi juga kawasan hulu di Kabupaten Bogor. "Kenapa sih sekarang Kali Bekasi cepet meluap? Ya karena di ujungnya, di Hambalang dan Sentul, sudah jadi rumah," ujar dia.