Selasa 08 Nov 2016 14:19 WIB

Pelestarian Danau Indonesia Disorot Dunia

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Danau Singkarak.
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Danau Singkarak.

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Konferensi Danau Sedunia (World Lake Conference) ke-16 digelar di Bali, 8-10November 2016. Pelestarian danau di Indonesia menjadi sorotan dunia mengingat Indonesia adalah lima besar negara dengan jumlah danau terbanyak di dunia.

"Indonesia memiliki lebih dari 800 danau dan 15 di antaranya ditetapkan sebagai prioritas nasional," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya di Kuta, Selasa (8/11). Kelima belas danau tersebut adalah Danau Toba (Sumatra Utara), Sentarum (Kalimantan Barat), Tempe (Sulawesi Selatan), Tondano (Sulawesi Utara), Limboto (Gorontalo), Sentani (Papua), Matano (Sulawesi Selatan), Poso (Sulawesi Tengah), dan Danau Semayang, Melintang, Jempang (Kalimantan Timur). Berikutnya Danau Batur (Bali), Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Danau (Banten), Kerinci (Jambi), Singkarak, dan Maninjau (Sumatra Barat).

Penetapan danau prioritas, kata Nurbaya bertujuan mengurangi sedimentasi dan erosi, serta meningkatkan kualitas air juga lingkungan sekitar danau secara menyeluruh. Danau memiliki fungsi kehidupan bagi manusia, yaitu sumber air bersih, air minum, kebutuhan rumah tangga, irigas, perikanan, industri pariwisata, pembangkit listrik, dan budaya lokal.

Nurbaya menyoroti dalam perkembangannya, pengelolaan danau tak lepas dari masalah kompleksitas perkembangan zaman, meningkatnya jumlah keramba jaring apung, limbah industri, dan rumah tangga. Ini menyebabkan terganggunya fungsi ekosistem danau yang berdampak menurunnya kualitas lingkungan dan kondisi ekonomi masyarakat.

Indonesia berpotensi menjadi laboratorium dunia dalam hal pengelolaan danau. Ini akan mendukung aktualisasi, mitigasi, dan adaptasi  pengendalian perubahan iklim di Indonesia, juga dunia.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain mengatakan setiap danau memiliki karakteristik tersendiri, baik morfogenesis, morfologi, serta sosial-ekonomi. Oleh karena itu, masalah yang terjadi di masing-masing danau juga bervariasi, tergantung pada karakter masing-masing fisik, sosial dan ekonomi. "Banyak negara berkomitmen untuk mengelola danau mereka dalam upaya mempertahankan fungsi ekosistem," katanya.

Berbagai danau di dunia berada dalam kondisi kritis. Kondisi danau yang mengalami degradasi ini, kata Iskandar akibat perubahan iklim dan aktivitas antropogenik yang diyakini memiliki banyak dampak, baik jangka menengah dan panjang.

LIPI melalui Pusat Penelitian Limnologi telah pula melakukan penelitian dasar dan terapan untuk membantu para pengambil keputusan serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan ekosistem danau. LIPI juga merupakan focal point untuk International Hydrological Programme (IHP) UNESCO.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement