Sabtu 12 Nov 2016 10:48 WIB

Demo Tolak Trump Diperkirakan Berlangsung Lama

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Indira Rezkisari
Petugas melakukan penjagaan ekstra terhadap properti milik Presiden Terpilih Donald Trump menyusul meluasnya aksi penolakan terhadap Trump.
Foto: AP
Petugas melakukan penjagaan ekstra terhadap properti milik Presiden Terpilih Donald Trump menyusul meluasnya aksi penolakan terhadap Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON – Aksi unjuk rasa menolak kepemimpinan Donald Trump diperkirakan memakan waktu lama. Demonstrasi ini banyak dipelopori anak-anak muda Amerika Serikat (AS).

Reuters melaporkan, Jumat (11/11), para aktivis bahkan menyiapkan protes yang lebih besar ketimbang gerakan Occupy Wall Street, yang sempat fenomenal beberapa waktu lalu. Hingga Sabtu (12/11) waktu setempat, demonstrasi akan terus digelar di New York dan Los Angeles. Lebih lanjut, pada 20 Januari 2017 mendatang, massa akan bergerak ke Washington tepat ketika presiden-terpilih Donald Trump dilantik menggantikan Barack Obama.

Serangkaian protes mengemuka dalam pekan ini di berbagai kota di AS, antara lain, Boston, Baltimore, dan San Francisco. Di Portland, Oregon, dan Berkeley, aksi massa bahkan berubah menjadi kekerasan antara mereka dan kepolisian.

Relawan untuk calon presiden Hillary Clinton, TJ Wells, mengaku sebagai organisator aksi protes pada Kamis (10/11) malam di sekitar Trump International Hotel, Washington—dekat Gedung Putih. Wells melakukannya dengan spontan.

“Saya membagi pesan berantai ke beberapa teman, dan dalam beberapa jam, sekitar ratusan orang sudah berkumpul,” kata pria berusia 27 tahun itu. Wells berharap aksi yang digagasnya juga dilakukan banyak aktivis di pelbagai kota di AS.

“Sejak Hari Pengambilan Sumpah (sebagai presiden baru AS) hingga nanti dia (Trump) mengakhiri masa jabatan, kami akan terus mengawasi kebijakan-kebijakannya, khususnya yang berdampak pada mayoritas warga AS yang telah memilih Hillary Clinton. Kami keras tentang itu,” jelas Wells.

Ada sekitar 59,5 juta warga AS yang memilih Donald Trump, sedangkan sekira 59,7 juta warga AS lainnya memilih Hillary.

Kampanye Trump tercatat kontroversial. Dia pernah berjanji akan mengusir 11 juta imigran tanpa dokumen lengkap dari Negeri Paman Sam. Pebisnis itu juga pernah menyebut akan membuat kartu identitas khusus bagi orang Islam di AS.

Menanggapi gelombang protes tersebut, Trump melalui akun Twitter-nya telah berkomentar bahwa para demonstran itu “dihasut oleh media”. Namun, tidak lama kemudian, cicitan itu diubah. Trump berdalih mengagumi “semangat demonstrasi itu”.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement