Ahad 13 Nov 2016 07:27 WIB

Universitas Al Azhar Kembangkan Islam Moderat

Rep: marniati/ Red: Damanhuri Zuhri
Imam Besar Universitas Al Azhar di Kairo Muhammad Ahmad Al Thayyib
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Imam Besar Universitas Al Azhar di Kairo Muhammad Ahmad Al Thayyib

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Dalam konteks ideologi global yang saat ini sedang dipertontonkan oleh sebagian gerakan keislaman kontemporer, Al-Azhar di bawah kepemimpinan Syekh Besar Ahmed Tayeb memastikan bahwa Al-Azhar akan menjadi pusat dari gerakan Islam moderat.

Hal itu menjadi prioritas utama, yang akan dilakukan dalam rangka memperbaiki citra Islam dan memancangkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin, baik di Mesir maupun dunia internasional.

Garis-garis besar yang akan dilakukan dalam mengembangkan Islam moderat, antara lain, pertama memastikan bahwa paham Islam moderat tidak akan melanggar atau melampaui garis-garis primer yang terdapat dalam ajaran Islam, yang dikenal dengan at-tsawabit. Hal-hal yang menjadi pilar Islam merupakan acuan utama sebagai komitmen keberislaman.

Garis pertama ini merupakan sebuah komitmen yang harus ditegaskan secara eksplisit, agar tidak ada anggapan bahwa Islam moderat merupakan paham yang mengabaikan hal-hal yang primer dalam Islam.

Seorang Muslim moderat pada hakikatnya adalah seseorang yang memiliki komitmen melaksanakan hal-hal primer dalam Islam, sebagai pertanggungjawaban seorang hamba kepada Allah SWT.

Kedua, membumikan toleransi. Oleh sebab itu, pada masa kepemimpinannya di Al-Azhar, Ahmed Tayyeb memastikan untuk senantiasa menggalakkan dialog antaragama sebagai salah satu upaya membangun toleransi di antara umat beragama.

Tidak ada toleransi tanpa dialog. Ahmed Tayeb menyadari dialog yang berkelanjutan antara seluruh warga negara akan mewujudkan kesadaran tentang pentingnya kebinekaan dan kebersamaan, dalam mewujudkan kebangsaan yang berdiri di atas prinsip kesetaraan.

Ketiga menghilangkan fanatisme dan menjauhi ekstremisme. Ia memandang, para ulama terdahulu memiliki pandangan keagamaan yang beragam.

Para pengikutnya sangat mengelu-elukan pandangan para imam mazhab, tetapi di antara mereka tidak ada yang terperosok dalam fanatisme apalagi ekstremisme. Perbedaan pendapat menjadi sebuah keniscayaan di antara mereka. Bahkan, mereka saling menghargai dalam solidaritas keislaman yang kokoh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement