Selasa 15 Nov 2016 07:52 WIB

Zuckerberg Bantah Facebook Pengaruhi Hasil Pilpres AS

Mark Zuckerberg.
Foto: Mashable
Mark Zuckerberg.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pimpinan Eksekutif Facebook Inc Mark Zuckerberg kembali menyangkal klaim yang menyatakan media sosial itu mempengaruhi hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat. Ia mengatakan "sangat tidak mungkin" berita palsu yang kemungkinan beredar di Facebook mempengaruhi hasil pilpres.

Facebook menegaskan pihaknya adalah perusahaan teknologi bukan perseroan media, khususnya setelah menghadapi banyak informasi kontroversial yang tersebar di media sosial itu. Namun Facebook telah meningkatkan pengawasannya sejak Donald Trump terpilih.

Oposisinya menuduh laman tersebut membantu menyebarkan kebohongan melalui berita dan cerita palsu. Klaim yang menyatakan Facebook mempengaruhi pilpres cukup "gila", kata Zuckerberg dalam sebuah konferensi, Kamis.

Ia kembali membuat pernyataan serupa dalam statusnya Sabtu malam. Pria itu menambahkan perusahaannya akan terus berusaha mencegah penyebaran berita menyesatkan.

Berita palsu hanya menunjukkan sebagian kecil isi Facebook. Pasalnya, laman tersebut tidak membatasi pengguna yang terafiliasi oleh pandangan politik tertentu, sehingga agak mustahil informasi itu dapat mempengaruhi hasil pilpres, kata Zuckerberg.

"Sekitar 99 persen isi Facebook asli," tambahnya seraya menegaskan tujuan jejaring sosial adalah "memberi akses bagi tiap orang untuk bersuara".

Meski demikian, Facebook menyediakan fitur "flag" agar pengguna dapat menandai berita dan informasi palsu, tambahnya. Facebook banyak menghadapi masalah informasi kontroversial tahun ini.

Salah satunya, banyak masyarakat dunia marah saat Facebook menghapus foto peringatan Perang Vietnam karena alasan kesopanan. Akan tetapi keputusan itu akhirnya dibatalkan. Keputusan menghapus informasi biasanya dibuat oleh pejabat tinggi perusahaan itu.

Pertanyaan terkait kebijakan penyebaran informasi cukup meningkat dalam beberapa hari terakhir sejak pilpres dimulai sampai banyak aksi unjuk rasa menentang Trump dan janji kampanyenya digelar di beberapa kota besar AS.

Sebelum pilpres 8 November, pengguna Facebook mengaku melihat banyak berita palsu, menyatakan Paus Francis mendukung Donald Trump. Kabar sesat lainnya, seorang petugas federal yang menyelidiki skandal surat elektronik Hillary Clinton dikabarkan tewas.

Otoritas terkait berusaha menyelidiki pengaruh Facebook terhadap opini dan pilihan suara publik, kata New York Times, Minggu. Media itu mengatakan, satuan tugas beranggotakan wakil presiden dan pejabat eksekutif mulai membahas masalah tersebut, Selasa.

Pembuat kebijakan dalam Facebook akan dipanggil dan perusahaan berencana mengadakan pertemuan demi menjawab keresahan pegawainya, kata sumber tak bernama seperti dikutip harian itu. Perwakilan Facebook belum dapat dimintai keterangan.

"Setelah pilpres banyak orang bertanya apakah berita sesat mempengaruhi hasil, tetapi tanggung jawab kami adalah mencegah penyebaran informasi salah itu," kata Zuckerberg, Sabtu. "Pertanyaan itu cukup penting dijawab dan saya sangat ingin meluruskannya"

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement