REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Kemenangan sosok kontroversial, Donald Trump, meningkatkan sentimen anti-Muslim di Amerika Serikat (AS). Di media sosial, cukup banyak kesaksian Muslimah AS yang menjadi korban kebencian. Para pelaku menarget mereka yang mengenakan hijab di ruang publik. Bahkan, beberapa di antaranya mengalami kekerasan fisik dan direnggut jilbabnya.
Hal itu antara lain ditegaskan lembaga Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR). Kenyataan itu mengilhami aktivis Chicago Deaf Planet Soul, Zaineb Abdulla. Perempuan berusia 24 tahun ini memprakarsai gerakan yang mengajak Muslimah serta penyandang tunarungu untuk mempelajari bela diri.
Karenanya, Zaineb meminta bantuan pelatih dari Chicago Mixed Martial Arts, Misho Ceko. Beberapa hari usai pemilihan umum 2016, Zaineb bersama rekan-rekannya mengadakan latihan perdana.
Mereka membuat simulasi bela diri dalam menghadapi orang yang menarik paksa jilbab mereka. Sesi ini berlangsung dua jam. “Latihan itu memberikan kita rasa nyaman. Jika seseorang merenggut pakaianmu di jalan, kamu masih mampu untuk bertahan dan berhak membela diri,” kata Zaineb Abdulla, seperti dikutip Chicago Tribune, Senin (21/11).
Sejumlah video yang merekam sesi latihan diunggah ke Facebook. Dengan begitu, Zaineb berkampanye mengenai pentingnya kemampuan bela diri bagi para Muslimah. “Berlatihlah bela diri dan biasakan tubuh kita untuk bereaksi secara spontan (bila diserang),” katanya.
Salah satu video menampilkan skenario ketika pelaku merenggut paksa jilbab seorang Muslimah dari belakang. Zaineb menjelaskan, korban yang membela diri spontan melangkah mundur ke belakang, lalu menarik lengan si pelaku, lantas menyikutnya.
Zaineb mengenang, sehari setelah diunggah, lusinan video tersebut menjadi terkenal. Dalam sepekan, video itu telah ditonton lebih dari
3,5 juta orang. Ada 75 permintaan untuk mengikuti kelas bela diri.
Bahkan, Muslimah yang tertarik bukan hanya dari AS, melainkan juga Inggris, Maroko, hingga Nigeria. Kelas selanjutnya akan dibuka pada awal Desember mendatang.
Gerakan ini juga mendapatkan kritik. Salah satunya menilai bahwa alih-alih mengajarkan seni bela diri, lebih baik mendidik masyarakat AS agar tidak merenggut pakaian orang lain di muka umum. Zaineb setuju dengan kritik ini. Sebab, dia punya pengalaman pahit.
Ketika masih berusia delapan tahun, Zaineb pernah dicerca orang tak dikenal. Tidak hanya itu, jilbabnya juga direnggut paksa. Wajah Zaineb bahkan diludahi pelaku.
Sayangnya, orang-orang di sekitar hanya menontonnya diperlakukan demikian. Mereka tidak berbuat apa-apa untuk membela Zaineb kecil. Sejak saat itu, Zaineb menilai penting sekali bagi seorang perempuan untuk mampu membela diri.