Rabu 23 Nov 2016 02:32 WIB

Produktivitas dan Kualitas Menurun, Peternak Buang Susu Sapi Segar

Rep: bowo pribadi / Red: Budi Raharjo
Peternakan sapi perah (ilustrasi)
Foto: Umar Mukhtar
Peternakan sapi perah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Curah hujan yang tinggi di wilayah Kabupaten Semarang terus mempengaruhi produktivitas para peternak sapi perah. Di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, susu sapi yang dihasilkan bahkan dibuang percuma karena kualitasnya rendah.

Siswoyo (53), salah seorang peternak sapi perah di desa ini mengakui, intensitas hujan yang tinggi terus mempengaruhi  kelembaban pakan (rumput). Hal ini berpengaruh pada susu sapi yang dihasilkan. “Susu sapi yang dihasilkan menjadi lebih encer karena kadar airnya tinggi dan kualitasnya rendah. Sehingga tidak bisa dijual,” katanya, kepada Republika, Selasa (22/11).

Ia menjelaskan, jika kelembaban pakan normal, sekor sapi mampu memproduksi susu segar 12 liter untuk beberapa kali pemerahan. Saat ini produktivitas susu mengalami penurunan menjadi 10 liter per hari.

Hanya saja , hampir 60 persen atau sekitar 5,5 liter di antaranya merupakan susu encer yang kualitasnya dianggap jelek. Sehingga koperasi susu di desanya tidak mau membeli susu sapi dari para peternak.

Sementara, susu yang masih bisa dijual pun kualitasnya juga masih di bawah standar pembelian koperasi. Sehingga harganya juga turun menjadi Rp 4.200 per liter. Sehingga biaya produksi dan produktivitas susu sapi ini menjadi tidak sebanding.

Akibatnya para peternak harus menanggung kerugian. Di desa ini ada 260 peternak sapi perah dengan total populasi sapi perah mencapai 1.000 ekor. Jika dihitung kerugian peternak bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Seandainya tiap peternak membuang susu hingga 2 liter, setidaknya ada 2 ribu liter susu sapi yang jika diuangkan mencapai Rp 8,4 juta. “Ini belum dihitung dengan biaya perawatan dan pakan,” tegasnya.

Hal ini diamini oleh Suwardi, salah seorang perangkat Desa Batur. Menurutnya, susu yang tidak laku dijual ini sebagian dimanfaatkan oleh para peternak untuk dibuat tahu susu. Namun sebagian lagi harus dibuang sia- sia.

Sebab jika kadar air pada susu tinggi sudah dianggap rusak dan tidak bisa dijual ke koperasi susu. Saat ini, para peternak seperti dirinya harus bisa menyiasati tingginya kadar air pada rumput pakan ternak.

Umumnya, lanjut Suwardi, para peternak sapi perah di desanya sekarang menghindari pemotongan rumput pakan saat pagi hari. Karena pada pagi hari rumput masih berembun sehingga cenderung basah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement