REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta para menterinya agar penurunan harga gas harus bisa dilaksanakan pada akhir tahun ini.
"Yang berkaitan dengan harga gas, saya sudah diberikan angka-angka oleh Menko (Menteri Koordinasi), oleh menteri. Saya hanya mendorong penurunan harga gas itu harus betul-betul dilakukan dan terjadi di akhir tahun ini," kata Jokowi saat menjadi pembicara kunci dalam "Kompas 100 CEO Forum" di Jakarta, Kamis (24/11).
Jokowi mengungkapkan harga gas industri di negara tetangga bisa mencapai empat-enam dolar AS per MMBTU, tetapi di dalam negeri masih berkisar sembilan-12 dolar AS per MMBTU. "Kalau mereka bisa, kita juga harus bisa, perintah saya (kepada menteri) hanya itu. Kalau perintah sulit-sulit, nanti membinggungkan. perintahnya hanya kalau di sana bisa, di sini juga harus bisa," katanya.
Penurunan harga gas industri ini telah dibahas dalam Rapat Terbatas yang dipimpin Presiden pada 4 Oktober 2016. Presiden meminta penurunan harga gas tersebut agar industri dalam negeri bisa bersaing dengan negara lain.
"Padahal negara kita mempunyai potensi cadangan gas bumi yang cukup banyak, sangat banyak. Dan sebaliknya, negara-negara tersebut, baik Vietnam, Malaysia, Singapura, ini dapat dikategorikan mengimpor gas bumi," ujarnya.
Jika Indonesia tidak dapat menyesuaikan harga gas untuk industri yang banyak dipakai untuk sektor industri petrokimia, industri keramik, industri tekstil, industri pupuk dan industri baja, Jokowi mengkhawatirkan produk dalam negeri menjadi kurang kompetitif. "Jangan sampai produk industri kita kalah bersaing hanya karena masalah harga gas kita yang terlalu mahal," ujar Jokowi.