REPUBLIKA.CO.ID, TOMOHON -- PLN terus mengembangkan panas bumi untuk kebutuhan energi listrik. Termasuk energi baru terbarukan. Hal tersebut disampaikan Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara, Machnizon Masri saat mendampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) unit 5 dan 6, di Tomohon, Sulawesi Utara, Sabtu (26/11).
Saat ini, kata dia, rasio elektabilitas di Sultra mencapai 90,15 persen meningkat 3,58 persen dari tahun lalu. Peningkatan tersebut, menurutnya, karena beroperasinya PLTG Gorontalo September lalu dan PLTP uni 5 di Lahendong tahun ini. “PLN akan terus berupaya mengembangkan dan menyalurkan energi listrik dari panas bumi, serta energi baru terbarukan lainnya,” ujar Machnizon.
Pertamina Percepat Pengoperasian PLTP Lahendong
Dia menjelaskan, sistem kelistrikan di Sultra dan Gorontalo mengalami surplus hingga 70,9 Megawatt (MW) dengan kemampuan daya pasokan 414,8 MW dan beban puncak mencapai 343,9 MW. Hal ini berkat adanya tambahan suplai listrik sebesar 100 MW dari PLTG Gorontalo.
Tambahan pasokan listrik dari PLTP Lahendong unit 5 dan 6 akan memperkuat sistem kelistrikan di Sultra dan Gorontalo. Saat ini, PLTP Lahendong telah memiliki 5 unit PLTP yang sudah beroperasi dengan kapasitas masing-masing 20 MW. Unit 1 samapi 4 dioperasikan oleh PLN sementara unit 5 (skema IPP) diperasikan oleh Pertamina Geothermal Energi (PGE).
Dia mengharapka melalui PLTP yang dikelolanya mampu menekan tarif listrik dari panas bumi yang saat ini masih di atas Tarif Dasar Listrik yang ditentukan pemerintah. Dia menambahkan, penyaluran energi listrik dai PLTP merupakan bukti keseriusan PLN mengembangkan dan pemanfaat energi baru dan terbarukan yang ditargetkan mencapai 23 persen dari total bauran energi pada tahun 2025.
“Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Sulawesi jika seluruhnya telah beroperasi akan memiliki kapasitas 120 MW yang terdiri dari unit 1 sampai 6 yang masing-masing berkapasitas 20 MW,” katanya.