REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Imbauan Forum Pimpinan Daerah Bali agar ummat Islam Bali berdoa di masjid atau tempat ibadah terdekat, tidak menyurutkan niat berangkat mengikuti Aksi Super Damai 212. Sejak awal pekan ini, ratusan Muslim telah bertolak ke Ibu Kota Jakarta.
"Ada yang naik bus atau naik pesawat. Mereka berangkat sendiri-sendiri, agar lebih mudah sampai ke Jakarta," kata Amak Saefulloh, warga Kusamba Kabupaten Klungkung.
Kepada Republika.co.id, mantan Kepala Desa Kusamba itu mengatakan, ummat Islam yang peduli terhadap kasus penistaan Alquran oleh Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, tidak semuanya bisa berangkat ke Jakarta. Karena itu, mereka yang tidak bisa berangkat melaksanakan kegiatan berdoa bersama di masjid-masjid.
Menurut Saefulloh, mereka yang berangkat ke Jakarta tidak semuanya orang yang sudah berangkat pada aksi 411 lalu. Yang berangkat kali ini kebanyakan orang-orang baru dan berasal dari luar kota Denpasar. Saefuloh sendiri mengaku akan berangkat ke Jakarta dengan transportasi darat dengan beberapa warga lainnya.
"Kebanyakan dari Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana. Mereka umumnya naik angkutan darat, dengan menumpang kereta api," kata Saefulloh.
Salah seorang warga lainnya, Akhu Firman, mengaku memutuskan berangkat ke Jakarta, setelah Kapolri menjelaskan di televisi, dia akan ikut dalam Aksi Super Damai 212. Akhu Firman menhyebut Aksi Super Damai 212 tidak punya muatan politik, apalagi makar. "Jadi kami berangkat ke Jakarta hanya dengan satu tuntutan, agar Ahok ditangkap dan ditahan," katanya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol AA Gde Sudana mengatakan, agar sedapat mungkin masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya bisa menyampaikannya kepada Kapolda Bali dan akan diteruskan ke Kapolri. Namun demikian sebutnya, menjadi hak setiap warga negara untuk berangkat ke Jakarta guna menyampaikan aspirasinya.
"Cuma kami mengkhawatirkan, jika ada masalah di jalan. Soal keamanan dan keselamatan saja. Kalau bisa di Bali, mengapa harus berangkat ke Jakarta," katanya.