REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peserta aksi damai 212 memuji kehadiran Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat shalat Jumat di Lapangan Monas, Jakarta, Jumat (2/12). Kehadiran kedua pemimpin negara ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menuntaskan kasus penistaan agama dan kepedulian atas suara umat Islam.
Mohammad Abidin (40 tahun), peserta aksi damai dari Bekasi, Jawa Barat, mengatakan Presiden dan Wapres sadar betapa suara umat Islam ini sangat penting untuk didengar dan ditindaklanjuti. "Meski pidato Presiden biasa saja, tetapi kehadirannya membuat kami yakin bahwa Presiden serius menangani kasus ini," kata Abidin yang sehari-hari berbisnis jualan beras ini.
Dia berharap kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahya Purnama alias Ahok bisa segera diselesaikan sehingga umat Islam merasa tenang. Bagi dia, ini bukan rasisme atau Islam dan non-Islam, tetapi murni soal agama. Bahkan, kata dia, jika ada orang Islam yang menghina agamanya sendiri bisa dipidanakan.
Hal senada disampaikan Aldian Nurul, warga Jatinegara, Jakarta Timur, yang menyatakan Presiden cukup peduli dengan aksi damai ini dan berharap menyelesaikan kasus penistaan agama. Menurut Aldian, umat agama mana pun jika agamanya dinodai pasti tersinggung.
Proses hukum, jelas dia, menjadi penting di sini. "Kita ingin Pak Jokowi memahami betapa pentingnya persoalan ini bagi kami umat Islam yang merasakan sakit hati atas penistaan ini," kata Aldian yang bekerja sebagai tenaga sales.
Presiden Jokowi dan Wapres JK memutuskan melaksanakan shalat Jumat di Lapangan Monas dengan guyuran hujan cukup deras. Pada aksi damai 4 November lalu Presiden tidak menemui perwakilan aksi damai karena persoalan lalu lintas.