Kamis 08 Dec 2016 12:51 WIB

'Lima Nyawa' di Balik Secangkir Kopi Kerinci

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Secangkir kopi kerinci.
Foto: republika/sapto andika candra
Secangkir kopi kerinci.

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Dataran Tinggi di Kabupaten Kerinci ibarat tanah emas yang menghasilkan biji kopi terbaik di Indonesia. Bagaimana tidak, aroma kopi Kerinci berhasil memikat hati juri dan menjadikannya salah satu juara terbaik dalam Kontes Kopi Specialty Indonesia yang diadakan di Bali, 2014 lalu. Namun, apa istimewanya kopi Kerinci dibanding kopi lainnya di Indonesia?

Pakar tanaman kopi dari PTPN XII Banyuwangi Jauhari menyebutkan, kopi Kerinci yang diracik dalam satu cangkir sebetulnya merupakan campuran istimewa dari 5 varietas kopi arabika. Sejak masa tanam, setiap seribu pohon kopi yang ditanam sudah menggabungkan 5 jenis arabika yakni Sigarar Utang, Gayo, Andung Sari, S795, dan P88.

Menurutnya, penanaman lima jenis arabika dalam satu area lahan mampu mengendalikan hama secara alami. Tak hanya itu, hasil uji cita rasa arabika Kerinci yang dilakukan di laboratorium Puslitkoka pada September 2016 in menghasikan skor akhir sebesar 86,25. Artinya, jenis kopi ini masuk kategori "specialty grade". Hingga tahun 2016, setidaknya sudah ada 700 ribu pohon kopi yang ditanam di Kayu Aro dan Renah Pemetik, Kabupaten Kerinci, Jambi. Pengolahan kopi di dua wilayah ini melibatkan 700 lebih petani kopi di 34 desa.

Ada rahasia lain di balik secangkir kopi di Kerinci. Sejak pendampingan yang dilakukan oleh Lembaga Tumbuh Alami (LTA) dengan para petani kopi pada 2009 lalu, petani kopi lokal mulai menerapkan budaya komunikasi dengan pohon kopi. Komunikasi yang mereka lakukan memiliki arti harfiah yang sesungguhnya: petani berbicara dengan tanaman kopi. Bentuk komunikasi ini sengaja dibangun untuk membentuk hubungan emosi antara petani dengan tanaman yang ia olah. Tujuannya sederhana, adanya keterikatan akan membuat mereka menghargai kerja kerasnya sendiri.

Jauhari, seorang ahli kopi dari Banyuwangi, Jawa Timur yang sengaja diboyong oleh LTA ke Kerinci merupakan sosok kunci dibalik budaya memanusiakan tanaman kopi. Jauhari yang sudah lebih dari 30 tahun menggeluti budidaya kopi baik robusta dan arabika mengaku bahwa kontak batin yang ia bangun dengan tanaman kopi mampu menghasilkan biji kopi yang lebih bermutu. Percaya atau tidak, ia menekankan, bentuk komunikasi ini mampu membuat tanaman kopi menghasilkan biji lebih banyak dan sehat.

""Hai kopi, kamu tumbuh baik lah. Kasihani aku ini. Kalau tumbuhmu baik, nanti buat modalku ibadah," kata Jauhari, sembari mengelus daun hijau muda menyembul di ujung atas pohon kopi. Kalau ibaratnya istri atau anak, jika tak dirawat dan disayang, terus kita marahi saja kerjaannya, ya lingkungannya jadi tak sehat," ujar Jauhari.

Selain bentuk hubungan emosi antara petani dan tanamannya, Jauhari juga mengajarkan petani di Kerinci untuk secara teratur melakukan pemangkasan batang kopi. Pemangkasan batang yang dilakukan secara teratur, menurutnya, bertujuan menghasilkan cabang tanaman baru yang lebih banyak. Artinya, cabang tanaman yang lebih banyak mampu menghasilkan buah kopi yang lebih banyak pula. Bahkan, peningkatan produksi buah kopi (ceri) bisa melonjak 8 kali lipat dibanding penanaman tanpa adanya pemangkasan batang.

Jauhari menambahkan, pemangkasan batang juga bisa mempermudah tanaman dalam memperoleh pasokan sinar matahari langsung. "Pemangkasan cabang-cabang juga memperbaiki sirkulasi udara di kebun," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement