REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Tak seperti shalat Subuh biasanya, yang hanya terdiri dari beberapa shaf jamaah pria dan segelintir jamaah perempuan. Senin (12/12) pagi, Masjid MUI Semanggi Kota Surakarta begitu padat, dipenuhi ribuan jamaah yang hendak melakukan sholat subuh berjamaah. Jamaah pria memenuhi bagian dalam masjid.
Nyaris tak ada celah kosong, tiap shaf terisi. Bahkan beberapa jamaah memilih tempat di lantai dua dalam masjid. Sementara jamaah perempuan berderet rapi di teras belakang Masjid. “Seperti awal sholat tarawih ya banyaknya segini,” tutur seorang penjaga parkir Masjid yang enggan disebut namanya.
Ribuan umat Muslim Solo sebetulnya telah memenuhi masjid yang terletak tak jauh dari pasar Klitikan itu sejak Ahad (11/12) malam. Jamaah begitu antusias mengikuti kajian keislaman yang digelar oleh Dewan Syariah Kota Solo (DSKS) bersama MUI Kota Solo sebagai pembuka dari rangkaian Gerakan Subuh Berjamaah 1212. Mereka diajak untuk merenungi hikmah dari setiap peristiwa yang belakangan terjadi di tanah air.
Selain itu, tiga pemateri yakni Direktur Ponpes Isy Karima Syihabuddin Al Hafiz, Dosen Ma’had Aly An Nur Abdullah Manaf, serta Ketua DSKS Mu’inidillah sama-sama mengajak jamaah untuk lebih menggali, mempelajari dan mengamalkan Alquran dalam hidup keseharian.
Sekitar pukul 02.00 WIB, usai istirahat sejenak, jamaah bersama-sama melakukan shalat sunah tahajud. Dilanjutkan doa dan zikir. Merekapun larut dalam puja dan puji kehadirat Illahi. “Ini pengalaman pertama saya ikut mabit, diajak teman juga. Lalu ada Gerakan Subuh itu, saya juga mau untuk bisa Subuh di masjid, karena memang susah selama ini saya sering telat terus bangunnya,” tutur Efendi Nugroho, warga Mojosongo disela-sela istirahat menanti kumandang azan Subuh.
Beberapa menit sebelum azan berkumandang, sebuah mobil masuk ke arena pekarangan masjid. Pengemudinya kemudian menurunkan puluhan plastik besar berisi nasi bungkus. Nasi bungkus itu merupakan sedekah seseorang jamaah yang tak berkenan disebutkan namanya, untuk seluruh jamaah yang mengikuti qiyamullail serta Subuh berjamaah. “Sedekah saja, untuk yang mau puasa dan sarapan, untuk semua jamaah,” tutur pengemudi yang segera pergi usai menurunkan makanan.
Panitia Gerakan Subuh Berjamaah yang juga Divisi Ekonomi DSKS, Nurhadi menjelaskan, umat Muslim Solo yang hadir dalam momentum gerakan Subuh berjamaah menyepakati tiga poin. Di mana hal itu akan diwujudkan dalam 3 aksi nyata setelah Gerakan Subuh Berjamaah.
Di antaranya yakni, sepakat mengistiqomahkan Subuh berjamaah di masjid, sepakat memboikot satu stasiun televisi nasional dan satu surat kabar nasional yang dinilai kerap menyudutkan dan memberikan berita negatif tentang umat Muslim, serta sepakat untuk tidak membeli dan mengkonsumsi barang belanjaan dari pasar modern atau swalayan.
“Kemandirian kita selama ini terasa tergantung, maka kita harus mandiri, membentuk diri dengan shalat jamaah. Kita juga harus mandiri informasi, lalu mandiri pangan, bagaimana semua cyrcle ini ada di tangan umat Islam,” tuturnya.
Baca juga: Gerakan Subuh 12.12, Ribuan Umat Muslim Solo Sepakati 3 Aksi Nyata