Selasa 13 Dec 2016 11:22 WIB

Banyak Sumur Kering Pascagempa di Pidie Jaya

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Damanhuri Zuhri
Anak-anak pengungsi korban gempa bermain sambil menyanyi bersama Kaka Seto di pengungsian, Pidie jaya, NAD, Jumat (9/12).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Anak-anak pengungsi korban gempa bermain sambil menyanyi bersama Kaka Seto di pengungsian, Pidie jaya, NAD, Jumat (9/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Search and Rescue (SAR) terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban gempa bumi 6,5 Skala Richter (SR) di Aceh selama masa tanggap darurat.

Pada Senin siang (12/12) tim SAR menemukan satu korban meninggal atas nama Devi Srijalani (22) di Pidie. Fokus utama tim SAR saat ini membantu membersihkan puing-puing bangunan.

"Dengan demikian jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Aceh adalah 102 orang, 96 orang di Pidie Jaya, empat orang di Pidie dan dua orang di Bireuen. Korban luka-luka 857 orang. Pengungsi 83.838 orang tersebar di 124 titik," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (13/12).

Sebanyak 4.836 personil dari kementerian, lembaga, TNI, Polri, pemda, relawan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi masyarakat dan lainnya masih melakukan penanganan darurat.

Pemerintah mendampingi Pemerintah Daerah, baik dana, logistik, peralatan, manajerial dan tertib admistrasi. Kepala BNPB terus di lokasi bencana untuk mengkoordinir potensi nasional untuk membantu pemerintah daerah.

Sutopo mengatakan bantuan terus berdatangan ke posko utama. Bertambahnya jumlah pengungsi juga disebabkan masih seringnya gempa susulan. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendata sudah 88 kali gempa susulan. Masyarakat, kata dia, takut dan khawatir adanya guncangan sehingga merasa nyaman di pengungsian.

Dia mengatakan masalah penyediaan air bersih belum semuanya melayani titik pengungsian dengan baik. "Kondisi sumur banyak yang kering dan dangkal pascagempa. Jika pun ada airnya keruh sehingga tidak dapat dikonsumsi," ujar Sutopo.

Trauma healing kegiatan psikososial dan pelayanan kesehatan dilakukan kepada pengungsi. Klaster nasional penanganan pengungsi, klaster kesehatan dan klaster logistik terus melayani pengungsi.

Kebutuhan mendesak lainnya yakni sandang dan pangan, MCK, air bersih, relawan, tenda dan shelter, kebutuhan bayi, sarung, mukena dan lainnya. Posko utama terus menyalurkan bantuan ke pengungsi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement