REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Setidaknya 600 ekor tasmanian devil tewas di jalan raya di Tasmania, Australia, tahun ini. Para ilmuwan menyatakan hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa spesies yang terancam punah ini dilepasliarkan ke Maria Island, sebuah pulau di timur Tasmania, empat tahun lalu.
Namun sejumlah kelompok konservasi satwa liar mengatakan spesies lain di pulau itu justru punah oleh hewan predator ini. Menurut Eric Woehler dari Birdlife Tasmania, pihaknya mendengar predator ini juga telah menghancurkan seluruh koloni penguin kecil di Darlington, dekat pelabuhan feri di pulau tersebut.
Dia mengatakan spesies burung air lainnya seperti angsa Cape Barren dan burung jenis shearwaters juga sangat terpengaruh dengan kehadiran tasmanian devil di sana.
"Hewan apa pun yang cari makan, berbiak atau bersarang di tanah akan rentan jadi mangsa para devil itu. Selama ratusan tahun, setiap kali kita sengaja atau tidak sengaja mengenalkan mamalia ke pulau burung, akibatnya selalu menjadi bencana bagi burung-burung laut," katanya.
Woehler menambahkan Birdlife Tasmania telah memperingatkan risiko kedatangan Tasmanian devil ke pulau itu bagi koloni penguin dan shearwaters khususnya, dalam penyampaian kepada Pemerintah Negara Bagian Tasmania tahun 2012.
Penyampaian tersebut menjelaskan pengenalan Tasmanian devil ke pulau itu berpotensi sebagai "paku terakhir di peti mati" bagi burung-burung di sana, kecuali mereka melakukan penyesuaian.
"Kita mulai melihat kehilangan lainnya pada spesies lain di pulau itu, di saat para devil itu menyasar hewan-hewan yang berbeda," katanya.
Seorang pelaku industri pariwisata Ian Johnstone membuka usaha wisata alam di pulau itu 14 tahun yang lalu. Dia juga mengaku melihat penurunan populasi burung-burung pantai dan menghilangnya angsa-angsa Cape Barren.
Johnstone mendukung berkembangnya tasmanian devil tetapi berapa jumlah hewan ini yang bisa berkelanjutan bagi habitat di pulau itu perlu dipertanyakan.
"Yang jelas penguin telah menghilang. Populasi mereka pernah besar di seluruh bagian utara Pulau Maria namun sudah tidak ada lagi saat ini. Demi binatang lainnya di sana, saya ingin hal itu dilakukan lebih cepat," katanya.
Sementara itu pakar satwa liar pada program pemerintah Save the Tasmanian Devil, Phil Wise, mengatakan risikonya telah dipertimbangkan sebelum populasi Tasmanian devil ditempatkan di pulau itu. Wise mengatakan burung pantai yang terdampak memiliki koloni lain dan dia yakin burung-burung ini bisa beradaptasi.
"Kami sadari bahwa dengan melakukan pemindahan, spesies seperti itu akan terpengaruh. Itu adalah analisis risiko, mempertimbangkannya dengan penyakit tumor wajah yang mengancam kepunahan hewan marsupial karnivora terbesar di dunia," katanya.
"Itu akan selalu kontroversial. Namun yang kami temukan saat ini adalah populasi spesies terancam punah dari pulau itu yang menghuni kembali wilayah di Tasmania dimana terdapat penyakit tumor wajah (yang menyerang Tasmanian devil)," jelasnya.
Wise menambahkan Pulau Maria dipilih karena ukurannya, spesies yang hidup di sana, dan karena belum ada jalan raya dan kendaraan. Dia menjelaskan populasi liar yang lahir dalam program ini terbukti mampu "bertahan hidup jauh dari jalan raya".
Sejumlah Tasmanian devil sehat kini telah dipindahkan dari pulau itu ke daratan Tasmania dan banyak lagi yang akan menyusul. Pakar biologi dari University of Melbourne Professor Michael McCarthy mengatakan Tasmanian devil merupakan spesies sangat berharga dalam konteks global.
"Kita tak memiliki sumberdaya konservasi yang cukup di Australia, apalagi seluruh dunia, untuk melestarikan setiap spesies. Sehingga yang perlu kita pikirkan baik-baik adalah apa saja yang harus dipertaruhkan," kata dia.