REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Badan amal Inggris, Oxfam mengungkap kurang dari tiga persen warga Suriah yang menyelamatkan diri dari perang sipil dan menyeberangi perbatasan negara tetangga telah ditampung ke negara kaya. Badan itu mendesak negara-negara kaya menampung lebih banyak pengungsi.
Menurut data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) hampir 5 juta warga Suriah yang terusir karena perang hanya ditampung di beberapa negara sekitar, termasuk Turki, Lebanon, dan Yordania. Kehadiran mereka telah menyulitkan layanan publik di negara tempat bernaung, yang pada beberapa kasus telah mengalami kekurangan tenaga kerja dan kemiskinan, tetapi negara-negara maju hanya melakukan sedikit usaha untuk meringankan masalah ini. Oxfam mengatakan 130.701 orang pengungsi Suriah telah direlokasi semenjak 2013, di bawah program penampungan dari negara-negara tetangga ke salah satu dari 28 negara kaya yang telah dicermati dalam penelitian.
Jumlah ini tidak mencakup pengungsi Suriah yang mencapai Italia, Yunani, atau negara tujuan lain dengan usaha mereka sendiri, yang terkadang harus menghadapi perjalanan yang sangat berbahaya di lautan.
"Inggris Raya dan negara-negara kaya lainnya harus melakukan lebih untuk membantu orang-orang yang terusir karena perang selama lebih dari enam tahun di Suriah," ujar Ketua Eksektuif Oxfam, Mark Goldring menyampaikan dalam sebuah pernyataan.
Menurut laporan, hanya Australia, Kanada, Jerman, dan Norwegia yang telah menampung pengungsi Suriah lebih dari bagian mereka jika memperhitungkan besarnya kekuatan ekonomi masing-masing negara.
Kanada misalnya, telah menampung sekitar 35 ribu warga Suriah tahun lalu, dibandingkan dengan Inggris yang menampung 3.000 orang. Peningkatan jumlah penampungan dapat menyelamatkan ratusan nyawa, serta memberikan rute aman bagi pengungsi menuju Eropa.
Menurut International Organization for Migration, sekitar 12 ribu orang pengungsi dan pencari suaka meninggal saat mencoba menyeberangi laut Mediterania dengan perahu selama tiga tahun terakhir. Sehubungan dengan upaya menangani konflik kemanusiaan di Suriah, para pemimpin Eropa berjanji untuk mengirimkan makanan dan obat-obatan kepada warga yang terjebak di kota Aleppo yang hancur, serta presiden Prancis meminta resolusi PBB untuk mendukung respon Uni Eropa yang tidak dapat ditolak oleh Rusia.
Truk bantuan UE telah menunggu untuk masuk ke markas pemberontak di timur Aleppo sejak awal Oktober dan merupakan dukungan nyata Eropa satu-satunya dalam konflik yang telah menjauhkan UE, tidak dapat menyetujui sanksi untuk menekan Moskow. Pada pertemuan UE di mana Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa konflik tersebut memalukan dan menyayangkan kegagalan diplomasi UE, presiden Prancis Francois Hollande mengatakan Paris berupaya dalam resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengamankan koridor bantuan kemanusiaan.