REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Impor bahan tekstil dinilai harus segera dikurangi masuk ke Indonesia. Sebab, sebagai salah satu negara dengan penghasil produk tekstil terbesar, pertumbuhan industri ini mulai melambat.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Benny Sutrisno mengatakan produk tekstil baik yang sudah menjadi barang garmen maupun produk setengah jadi seperti benang harus segera dibatasi. Tingginya impor tekstil yang masuk ke Indonesia membuat produk tekstil dalam negeri tertekan.
"Ini (impor tekstil) harus lebih terkontrol. Kalau importasi dikurangi maka industri sampingan (dalam negeri) akan bagus," kata Benny ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (22/12).
Benny menjelaskan, jika pemerintah tidak memberikan aturan ketat dalam persoalan impor tekstil, pelaku usaha yang berdagang di sektor ini akan lebih banyak memanfaatkan produk yang mayoritas didatangkan dari daratan Cina tersebut. Logikanya, para pedagang akan mencari untung dari berdagang, ketika mereka mendapatkan keuntungan tersebut, mereka akan enggan berproduksi. Hal inilah yang sekarang tengah melanda bisnis tekstil di Indonesia. Menurutnya, saat ini lebih banyak pelaku usaha kemudian berdagang mengandalkan produk impor ketimbang memproduksi di pabrik tekstil dalam negeri.
Dia mengakui pemerintah tengah membicarakan persoalan impor tekstil. Bahkan persoalan ini telah masuk dalam rapat terbatas (ratas) bersama presiden. Artinya permasalahan impor tekstil telah banyak menekan industri tekstil Indonesia. Namun, hingga sekarang belum ada kejelasan dari pertemuan petinggi negeri tersebut.
Menurut Benny, setiap tahunnya rata-rata nilai ekspor tekstil ke Indonesia mencapai 12,5 miliar dolar AS. Akan tetapi, nilai impor juga tak kalah gemilang. Rata-rata setiap tahunnya impor tekstil yang masuk mencapai 8 miliar dolar AS. Nilai ini baru yang tercatat, sedangkan dalam praktiknya masih banyak produk impor tekstil yang datang secara ilegal.
Produk impor tekstil yang datang ke Indonesia, kata dia, terbilang murah. Walaupun kualitasnya masih belum bagus 100 persen, tetapi masih banyak pelaku usaha lebih memilih produk tersebut karena lebih banyak dibeli masyarakat.
Harga produk tersebut akan semakin murah manakala produk impor tekstil masuk secara ilegal. Tanpa dikenai berbagai pajak yang seharusnya bisa membuat produk tersebut memiliki harga tinggi, produk impor ilegal ini pun akhirnya tetap membanjiri pasar tekstil dalam negeri. "Kalau ini ditertibkan bisa mengurangi nilai importasi kita 2-3 miliar dolar AS," ungkap Benny.
Sementara, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pihaknya akan mengenjot pertumbuhan indutri kecil menengah (IKM) salah satunya yang berkecimpung di bidang industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Salah satu cara yang akan dipakai adalah pelatihan vokasinal.
Menurutnya, dalam industri TPT masih banyak tenaga kerja yang belum memilki keterampilan dan ilmu mumpuni dalam meningkatkan produksi. Dengan pelatihan ini diharapkan akan berpengaruh pada produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan. "Sektor ini akan menjadi fokus. Industri ini sangat berpengaruh karena melibatkan banyak masyarakat," ujarnya.