REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga DKI Jakarta dinilai masih banyak yang belum sepenuhnya menjadikan visi dan misi sebagai acuan memilih gubernur. Hal ini terbukti dari elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang naik turun.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengatakan naik dan turunnya elektabilitas Ahok lebih dikarenakan faktor isu dugaan penodaan agama, bukan karena warga menolak gagasan Ahok atas reklamasi atau tata cara penggusuran. Begitu juga dengan Agus Harimurti Yudhoyono yang mengusung isu hampir sama dengan pejawat.
Ray menyebut Agus kurang tegas menolak reklamasi dan penanganan titik-titik rawan penggusuran. Bahkan tak kuat dalam isu transparansi bertengger di puncak survei berbagai lembaga survei.
Timses Anies Sandi Disarankan Perbarui Pola Kampanye
Tak ketinggalan Anies Baswedan. Dia melihat Anies kuat dalam isu yang berbeda dengan pejawat, khususnya soal reklamasi dan cara menangani titik-titik rawan penggusuran, serta kuat dalam isu transparansi dan tenaga kerja. Sayangnya hal tersebut tidak mendapat respons memadai dari pemilih.
"Oleh karena itu, kita perlu terus menerus mendorong agar pemilih kembali ke isu-isu penting Jakarta," ujarnya, Sabtu (24/12).
Gagasan atau isu tersebut dapat menjadi dasar bagi pemilih untuk menilai siapakah yang layak menjadi gubernur DKI lima tahun ke depan. "Isu soal reklamasi, penggusuran atau relokasi, isu-isu harian DKI Jakarta, transparansi anggaran dan penyerapan tenaga kerja seharus menjadi acuan pemilih untuk menetapkan pilihan mereka di pilkada ini," ujar Ray.