REPUBLIKA.CO.ID, LAHENDONG -- Presiden Jokowi menilai harga listrik di Indonesia masih bisa ditekan lebih rendah lagi. Jokowi beralasan, Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam melimpah, masih belum secara optimal memanfaatkan sumber pembangkit listrik termasuk panas bumi.
Ia mengatakan sebagai negara yang kaya akan potensi panas bumi, yakni 29 Giga Watt (GW), pemanfaatannya baru 5 persen di Indonesia. Selain itu, Jokowi juga mengkritisi praktik percaloan yang masih menjadi kendala dalam pengembangan industri di tanah air.
"Listrik itu menyangkut daya saing kita. Selain untuk kebutuhan masyarakat, yang untuk kebutuhan industri itu menyangkut daya saing. Jangan sampai harga kita lebih mahal dari negara yang lain," ujar Jokowi saat menghadiri peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit 5 dan 6 Lahendong, Sulawesi Utara, Selasa (27/12).
Jokowi juga meminta pembangunan dan investasi pembangkit listrik baru harus sejalan dengan dengan penyerapan tenaga kerja lokal. Hal ini, lanjutnya, terkait dengan peningkatan ekonomi di masing-masing daerah. “Sebagai contoh di Lahendong unit V dan VI dan PLTP Ulubelu di Lampung menyerap 2.750 orang tenaga kerja lokal, ini adalah jumlah tenaga kerja yang tidak sedikit” jelas Jokowi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan yang ikut mendampingi Presiden Jokowi dalam meresmikan PLTP Lahendong menambahkan bahwa proyek PLTP tersebut diproyeksikan bisa menambah kapasitas terpasang PLTP Indonesia menjadi 1.533,5 MW atau 5,2 persen dari total potensi panas bumi sebesar 29,5 GW. Nantinya, lanjut Jonan, pengembangan PLTP akan terus dioptimalkan untuk mendukung target Kebijakan Energi Nasional (KEN) tahun 2025.
Pembangkit Listrik Panas bumi ditargetkan memberikan kontribusi pada bauran energi nasional sebesar 7.242 MW di tahun 2025. Jonan juga menyinggung soal upaya pemerintah untuk menyediakan listrik dengan harga yang terjangkau khususnya oleh industri dan masyarakat. Ia menilai, harga listrik yang kompetitif bisa ikut mendorong industri untuk berkembang.
Jonan mengungkapkan, tarif PLTP Lahendong Unit V dan VI yang disepakati antara PLN dan Pertamina Geothermal Energy sebagai pemilik IPP yakni sebesar 11,42 sen dolar AS per kwh. Sedangkan tarif listrik dari PLTP Ulebelu di Lampung dipatok di angka 7,53 sen dolar AS per kwh. Nilai investasi yang lebih rendah membuat harga listrik di Lampung lebih murah dibanding Sulawesi Utara. "Namun Pertamina masih negosiasi agar tarif PLTP Ulubelu 8,4 sen per kwh," ujar Jonan.