Rabu 28 Dec 2016 19:56 WIB

Harga Daging Sapi 2017 Diprediksi Tetap

Rep: Kabul Astuti/ Red: Andi Nur Aminah
Warga membeli daging sapi murah subsidi
Foto: Republika/Prayogi
Warga membeli daging sapi murah subsidi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Perekonomian Rakyat (Dispera) Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti, mengungkapkan harga daging sapi di berbagai pasar tradisional wilayah Kota Bekasi sepanjang 2016 relatif tetap di kisaran Rp 120 ribu.

"Tidak ada peningkatan untuk tahun ini karena mungkin terbantu juga dengan banyaknya produk impor sekarang, jadi stabil tidak ada kenaikan," ucap Satia Sriwijayanti kepada Republika.co.id, Rabu (28/12).

Satia menuturkan, harga daging sapi lokal di berbagai pasar pada akhir Desember 2016 masih tercatat Rp 120 ribu, daging sapi impor Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu. Sedangkan daging kerbau Rp 65 ribu hingga Rp 75 ribu. Harga daging sapi beberapa kali mengalami kenaikan selama 2016, namun tetap kembali ke kisaran Rp 120 ribu.

Menurut Satia, kenaikan harga paling tinggi pernah terjadi pada saat Idul Fitri 2016, dimana harga daging mencapai batas tertinggi Rp 135 ribu. Namun, pedagang mencatat belum pernah ada penurunan harga daging di bawah Rp 120 ribu. Satia mengakui memang sangat sulit untuk menurunkan harga daging sapi lokal.

Walaupun sudah digelontor daging impor, lanjut Satia, harga daging sapi lokal tetap tinggi. Masyarakat konsumen daging sapi lokal tetap setia dan tidak terpengaruh oleh keberadaan daging impor karena berbagai alasan. Melihat perjalanan harga daging selama tahun ini, ia memprediksi harga daging sapi masih tetap Rp 120 ribu pada 2017 mendatang.

Situasi politik jelang Pilkada Serentak 2017 menurut Satia tidak akan signifikan untuk mempengaruhi harga daging sapi. Selama transportasi lancar dan kebutuhan masyarakat stabil, Satia mengatakan harga daging akan tetap stabil. Kecuali, seperti saat Idul Fitri permintaan daging melonjak sehingga terjadi kenaikan harga.

Satia mengatakan, mekanisme penentuan harga daging sepenuhnya diserahkan kepada pasar. Ia mengungkapkan, pedagang tidak mungkin menekan daging lokal meskipun ada program pemerintah untuk terus mengembangkan bibit sapi lokal. Pasalnya, biaya produksi sapi lokal memang sudah tinggi.

"Biaya produksi untuk daging lokal memang tinggi karena manajemen pemeliharaannya berbeda dengan skala yang juga tidak komersil. Sedangkan di luar Jawa itu biaya transportasi pengiriman ke pulau Jawa tinggi, faktor risiko juga tinggi," ujar Satia. Ia menyatakan, Dispera hanya berperan dalam menjaga kualitas daging, seperti mengantisipasi pemalsuan daging.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement