REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat kerap menjadikan malam tahun baru sebagai momen liburan keluarga. Tak jarang orang tua membawa anak-anak ikut berpesta di jalan raya.
Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Reza Indragiri Amriel justru melihat ada berbagai problem menghampiri momen tersebut. Mulai dari jalanan yang penuh kemacetan sehingga menambah tingkat polusi hingga orang-orang yang merokok di sembarang tempat.
Begadang semalaman, kata dia, juga dapat merusak pola istirahat atau tidur anak. "Jangan lupa, walau kita tidak boleh kalah oleh terorisme, namun faktanya sel-sel teror dikabarkan masih mengincar momen-momen seperti ini. Kita tentu ingin aman, tenteram, dan nyaman menyongsong tahun mendatang kan," ujarnya, Sabtu (31/12).
Tahun baru identik dengan terompet. Reza pun mempertanyakan, apakah orang tua yakin bahwa terompet yang dibeli cukup bersih untuk ditiup anak-anak. "Pernah mereka-reka sudah berapa mulut yang menjajal itu terompet? Jangan-jangan sisa stok dua tahun lalu pula. Bakteri sudah berkoloni di situ," kata dia.
Kerumunan warga sedemikian padat bisa meningkatkan potensi anak terpisah dari orang tua, tersesat, dan diculik. Kerumunan yang sama juga rawan pencopetan dan kekerasan fisik. Dia menyebut di berbagai belahan dunia, statistik kekerasan fisik dan kejahatan properti serta kecelakaan lalu lintas meningkat tajam pada situasi tahun baru.
Terakhir, kata dia, hampir bisa dipastikan gunungan sampah pesta tahun baru menjadi bukti terdini bahwa 'resolusi tahun baru adalah tahun yang lebih baik' ternyata lagu lama saja. "Itu bukan keteladanan bagi anak-anak," ujar Reza.