REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Insani Yardim Vakfi atau IHH, badan kemanusiaan internasional berpusat di Turki menyatakan, takkan berdiam diri atas beredarnya tuduhan pihaknya terlibat bantuan teroris di Suriah. Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal IHH, Yavus Dede, kepada Aksi Cepat Tanggap (ACT) saat bertemu dalam pengukuhan kerja sama antar ACT dengan IHH, di kantor IHH di Istanbul, Jumat (30/12).
Yavus menjelaskan, pihaknya juga mendapatkan informasi serta terus memantau perkembangan lontran isu-isu bernada tuduhan di Indonesia. Terkait tuduhan oknum tertentu di Indonesia yang beredar viral, IHH menyiapkan tim pengacara di Jakarta untuk menggugat pencemaran nama baik lembaganya.
"Kalau dibiarkan, maka orang akan menganggapnya sebagai kebenaran. Harus diambil langkah hukum untuk menjaga nama baik kami," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (2/1).
Yavus melanjutkan, langkah ini juga dilakukan karena Indonesia negara penting dan berpenduduk muslim terbesar di dunia. Menurut Yavus, pihaknya perlu menyampaikan hal itu kepada ACT karena ACT menjadikan IHH mitra strategisnya.
Terkait hal ini, Senior Vice President ACT, Syuhelmaidi Syukur, menegaskan, ACT sudah lama menjalin kerja sama dengan IHH tak hanya dalam merespons krisis kemanusiaan Suriah. Terkait rencana IHH membawa ke ranah hukum fitnah atas dirinya, ACT siap memberi dukungan maksimal.
Kerja kemanusiaan ini, menurut dia, sudah cukup berat. Keterlaluan jika dipolitisasi, difitnah dan diseret ke isu terorisme. "Tak ada kata lain, harus dilawan dengan hukum. Kita tak boleh membiarkan kekuatan anti-kemanusiaan memfitnah pegiat kemanusiaan seenaknya," ungkap Syuhelmaidi.
Apalagi, imbuh Syuhel, ACT serius berperan optimal menolong warga Suriah korban konflik yang menjadi pengungsi terutama di wilayah Turki dengan membuka cabang di Turki. "Ini juga meneguhkan peran ACT di ranah global," ujar Syuhel.
Sementara itu, demi memperkuat kiprahnya untuk para pengungsi Suriah di Turki, ACT sebagai lembaga resmi yang taat asas dan mengusung nama baik bangsa, tak pernah mengabaikan upaya berkoordinasi dengan perwakilan pemerintah Indonesia di manapun, termasuk di Turki. Jelang pengabisan tahun 2016, Tim SOS Suriah XI, Jum’at (30/12), melakukan kunjungan ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Istanbul.
Konsuler RI, Abdul Hakim menerima Tim SOS Suriah XI untuk mengoordinasikan kerja ACT dengan perwakilan pemerintah RI di Turki itu. "Kami ikut senang atas kehadiran ACT dengan kerja kemanusiaan yang luar biasa. Kami turut mendoakan semoga semua program kemanusiaan ACT sukses. Kerja sama ACT dengan IHH sudah tepat karena mereka salah satu NGO yang terpercaya sampai saat ini dan memiliki hubungan baik dengan pemerintah," ujar Abdul Hakim.
Terkait rencana pembukaan kantor cabang di Turki, pihak Konsulat RI merespon positif. "Kami sangat senang, semoga ini bisa membawa kebaikan juga untuk Indonesia," kata Abdul Hakim. Ikut menyambut ACT, Sekretaris Pertama KBRI, Dyah Lestari Asmarani, memberi masukan terkait perkembangan situasi politik di Turki.
Situasi politik di sini (Turki) setiap saat kondisinya bisa berubah. "KBRI siap menjadi mitra bagi setiap aktivitas warga negara Indonesia di wilayah kerja kami di Turki," ujar Dyah yang menangani urusan penerangan, sosial dan budaya KBRI di Turki. Peluang berkiprah di Turki amat strategis terutama karena posisinya sebagai international hub khususnya ke wilayah Eropa, Afrika, Timur Tengah dan Asia Tengah.
Syuhel mengatakan, negara yang hingga saat ini membuka diri menolong umat manusia yang dilanda krisis di berbagai belahan dunia adalah Turki. Turki banyak berbuat untuk kemanusiaan, hal yang tak banyak dilakukan negara lain. "Dan IHH sebagai badan kemanusiaan di Turki, gamblang menunjukkan peran itu," ujar Syuhel.
Aksi Cepat Tanggap terpanggil membela sesama badan kemanusiaan. "Semoga kita sadar untuk tidak membiarkan fitnah merajalela," kata dia.