REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama adalah pewaris para Nabi. Para ulama memiliki peran penting sebagai pemimpin umat untuk melanjutkan dan memelihara syiar dan kemuliaan Islam. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk menghormati dan memuliakan para ulama. Bahkan, satu dari tiga hal yang dikhawatirkan Nabi Muhammad SAW adalah umat Islam akan menelantarkan dan tak mempedulikan alim ulama.
Kekhawatiran Rasulullah SAW itu tampaknya sudah mulai terjadi. Tak sedikit umat yang mulai mengabaikan, melecehkan, menghina dan menentang alim ulama. Betapa tidak. Tak sedikit orang yang memperolok-olok dan mentertawakan fatwa-fatwa para ulama. Padahal, sesungguhnya, fatwa itu ditetapkan untuk melindungi kehidupan umat.
''Menurut ajaran Islam, perbuatan seperti itu sangat berbahaya,'' papar Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi dalam kitabnya Himpunan Fadilah Amal. Diakuinya, dalam setiap kalangan selalu ada yang baik dan buruk. Begitu pula di kalangan ulama. Syekh al-Kandahlawi menegaskan, ulama yang baik lebih banyak dibandingkan ulama yang buruk.
Lalu bagaimana membedakan ulama suu' (buruk) dengan ulama rasyad (diberi petunjuk)? Menurut Syekh al-Kandahlawi, tak ada batasan tertentu dalam hal ini. Untuk itu, ada dua hal yang perlu diperhatikan umat terkait masalah ini. Pertama, jika seorang ulama belum dipastikan sebagai ulama suu', jangan sekali-kali kita membuat keputusan apapun terhadapnya.
Kedua, jika hanya karena berprasangka buruk bahwa si pembicara adalah ulama suu', janganlah sekali-kali membantah ucapannya begitu saja tanpa diselidiki terlebih dahulu, karena sikap seperti itu merupakan kezaliman.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surat al-Israa ayat 36: ''Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan serta hati, semuanya akan ditanya.''
Menurut Syekh al-Kandahlawi, Rasulullah SAW mengajarkan agar umatnya bersikap hati-hati, yakni tak menolak atau membenarkan sesuatu begitu saja, sebelum kita mengetahuinya dengan pasti. ''Namun, yang terjadi sekarang adalah sebaliknya. Apabila ada orang yang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan pendapat kita, bukan saja menolaknya, bahkan menentangnya,'' ungkap dia.
Syekh al-Kandahlawi mengingatkan, ulama Haqqani, ulama Rusydi (yang benar) dan ulama Khairi yang baik adalah manusia juga. ''Yang ma'sum hanyalah para Nabi. Oleh sebab itu, jika ada kesalahan, kelemehan dan kekurangan pada diri mereka, tanggung jawabnya kembali kepada diri mereka sendiri,'' papar Syekh al-Kandahlawi.
Menurut dia, hanya Allah SWT yang berhak menentukan apakah azab atau ampunan bagi mereka. Syekh al-Kandandahlawi mengungkapkan, orang-orang yang mengajak untuk berburuk sangka, membenci dan berusaha menjauhkan alim ulama dari umat termasuk penyebab kerusakan agama. Orang yang seperti itu, kata Syekh al-Kandahlawi, akan mendapat siksa yang keras.