REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jurnalis dan penulis asal Selandia Baru John McBeth menyindir Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dengan sebutan jenderal paranoid. Hal itu, ia tuliskan dalam artikel berjudul "Widodo, His Paranoid General and a 'Rotting Situation' in Indonesia" di South China Morning Post, Ahad (15/1).
McBeth menilai beberapa sikap Gatot belakangan ini adalah sebuah kemunduran. Ia menganggap, Gatot telah melontarkan hal-hal yang berlebihan. Contohnya, ucapan Gatot terkait kegiatan latihan marinir Amerika Serikat di utara Australia yang diduga sebagai upaya untuk mengambil alih Papua.
McBeth juga menyoroti sikap Gatot yang menduga perwira militer yang belajar di luar negeri bisa menjadi agen pengaruh asing. Selain itu, McBeth juga menyebut Gatot berpikir warga negara asing secara umum terlibat dalam perang proksi untuk mengacaukan Indonesia.
Belum lama ini, Gatot pun memutus hubungan kerja sama dengan Australia tanpa berkonsultasi dengan Presiden Joko Widodo. Menurut McBeth, tindakan tersebut menunjukkan Gatot tak merasa perlu berhutang budi dengan Jokowi.
"Di tempat lain, Nurmantyo (Gatot) mungkin sudah dipecat. Namun, Indonesia bukan "tempat lain" dan kebijakan harus dipertimbangkan baik-baik terutama menghadapi suasana politik yang memburuk," tulis McBeth.
McBeth mengamati, posisi Jokowi cukup terguncang usai dua kali demonstrasi besar atas dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
McBeth juga menyindir jenderal lain yang juga pernah bersikap sama dengan Gatot. Ia mencontohkan, pada awal 2000-an, Kepala Staf Angkatan Darat saat itu Ryamizard Ryacudu juga bermasalah.
Ryamizard yang saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan secara terbuka pernah menolak kesepakatan damai dengan pemberontak separatis Aceh pada 2005. Ia pun juga mencurigai perwira Indonesia yang berlatih di luar negeri sama seperti yang dilakukan Gatot.
Baca juga, Penulis Buku Tentang SBY Sebut Jenderal Gatot Ultranasionalis.