REPUBLIKA.CO.ID, ROMA - Maskapai Penerbangan Lufthansa Jerman dan Etihad Airways Abu Dhabi diisukan sedang melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan merger. Informasi tersebut dikemukakan oleh surat kabar Italia, Il Messaggero, pada Selasa (17/1), dengan tidak menyertai sumber yang jelas.
Menurut Il Messaggero, manajer kedua perusahaan tersebut telah berminggu-minggu membahas rencana Etihad membeli 30 hingga 40 persen saham di Lufthansa. Selanjutnya, kedua maskapai akan melihat kemungkinan merger atau penggabungan dengan kembali mengadakan perundingan.
Penggabungan kedua maskapai itu akan memberikan dampak kerugian bagi maskapai penerbangan Alitalia milik Italia. Alitalia tengah melakukan restrukturisasi besar-besaran dan 49 persen sahamnya dimiliki oleh Etihad.
Lufthansa dan Etihad bulan lalu menandatangani kesepakatan flight code-sharing setelah Lufthansa setuju menyewa 38 pesawat dari Air Berlin, yang merupakan bagian dari Etihad. Sejumlah pengamat mempertanyakan, manfaat apa yang akan didapatkan Lufthansa dalam merger tersebut.
Di Eropa, mayoritas saham maskapai penerbangan harus dimiliki oleh investor Uni Eropa. Hal itu bertujuan untuk mempertahankan hak lalu lintas di bawah perjanjian layanan udara internasional.
Lufthansa saat ini hampir 69 persen sahamnya dimiliki oleh investor Jerman. Namun, 13 persen lainnya berada di tangan investor AS dan sembilan persen dimiliki oleh bangsa lain.
Pemegang saham Alitalia berharap Lufthansa bisa berinvestasi di Italia, diikuti dengan spekulasi bahwa Lufthansa dapat mengambil alih Air Berlin. Namun, eksekutif Lufthansa berulang kali mengatakan bahwa mereka hanya terintegrasi dengan Air Berlin, sama seperti intergrasi dengan Brussels Airlines.
"Merger Lufthansa dan Etihad, yang diisukan hari ini, dengan meliputi Alitalia dan Air Berlin, tampak tidak masuk akal," ujar analis Barclays.