Rabu 18 Jan 2017 15:19 WIB

PKS akan Pertahankan Sistem Suara Terbanyak

Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini (kanan).
Foto: dok. PKS
Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera tetap akan mengusulkan sistem suara terbanyak dalam Pemilu 2019. Mereka menolak alasan biaya politik mahal dijadikan alasan untuk mengganti sistem caleg terpilih berdasar suara terbanyak (baca: proporsional terbuka) dengan sistem nomor urut (proporsional tertutup).

Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwani mengatakan dengan mempertimbangkan pengokohan  demokrasi maka PKS akan tetap mengusulkan sistem proporsional terbuka. Jika menerapkan proporsional tertutup maka itu berjalan mundur," kata Jazuli kepada Republika.co.id, Rabu (18/1).

Dikatakannya, sistem suara terbanyak lebih mencerminkan keinginan pemilih. Siapapun yang paling banyak dipilih rakyat maka dia yang menjadi anggota DPR. "Ini lebih mencerminkan keadilan, lebih mencerminkan demokrasi," kata dia.

Jika yang dipakai adalah caleg terpilih berdasar nomor urut, kata Jazuli, caleg yang memang diinginkan rakyat untuk jadi wakil mereka justru tidak terpilih, karena tidak berada di nomor urut atas. Jazuli mempertanyakan jika disebut biaya politik dalam sistem proporsional terbuka mahal. "Biaya politik menjadi mahal itu dari sisi apa?

"Itu harus dilihat juga. Sekarang ini resiko dari menerapkan demokrasi adalah adanya cost?" tanya Jazuli.

Kalau biaya mahal itu menghasilkan sesuatu yang lebih bagus, Jazuli mengatakan hal itu tidak jadi masalah. "Harus diuji juga mahal cost politiknya itu dari sisi apanya?".

Sistem demokrasi itu, kata dia, menghormati suara rakyat. Sistem proporsional terbuka dinilainya lebih menghargai keinginan rakyat.

Disinggung tentang banyakanya orang yang punya potensi dan kemampuan tapi tidak terpilih di Pemilu 2014, karena tidak punya modal kampaye dan tidak populer, Jazuli mengatakan persoalannya ada di cara parpol merekrut caleg. "Kalau masalah DPR itu jangan sebut masalah tidak populer atau tidak punya duit," kata Jazuli.

Parpol, menurut Jazuli, tidak boleh sembarangan merekrut. Parpol harus merekrut oang-orang yang punya kompetensi. "Harusnya calon yang dicalonkan sudah clear, sehingga nomor berapapun yang dipilih, mereka adalah orang-orang yang punya integritas, punya kaasitas,  kompetensi, dan lain-lain. Terserah mau populer atau tidak yang penting dia menang."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement