Kamis 19 Jan 2017 09:24 WIB

Pengalaman Turis Australia Kunjungi Orang Utan dan Raja Ampat

Christin Anggrahini di Raja Ampat.
Foto: ABC
Christin Anggrahini di Raja Ampat.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Christin Anggrahini berasal dari Indonesia dan sudah lama tinggal di Sydney (Australia). Guru bahasa Indonesia ini baru saja kembali dari mengunjungi Kalimantan dan Papua sebagai turis. Bagaimana pengalamannya menyaksikan orang utan dan Raja Ampat di sana?

Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau. Tentunya, yang terpopuler adalah Pulau Jawa dan Bali. Bagaimana dengan pulau-pulau lainnya?

Pada liburan bulan Desember lalu, saya dan suami memutuskan untuk mengunjungi Pulau Kalimantan dan Pulau Papua. Dengan waktu liburan yang terbatas, kami hanya bisa berfokus pada tempat-tempat tertentu di kedua kepulauan tersebut.

Taman Nasional Tanjung Puting

Taman Nasional Tanjung Puting yang terletak di Kalimantan Tengah adalah tempat yang harus dikunjungi jika ingin melihat orang utan. Dalam Taman Nasional tersebut terdapat beberapa camp di mana wisatawan bisa mengamati orang utan dalam habitat alami dan melihat mereka saat diberi makan.

Untuk mengunjungi camp-camp tersebut, disarankan untuk naik kapal klotok.

Perahu klotok untuk mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah
Perahu klotok untuk mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah. Foto: Istimewa

Demi kemudahan dan kenyamanan, kami memutuskan untuk menggunakan jasa tur. Tanpa jasa tur, kami harus menyewa kapal klotok sendiri, mencari juru masak dan pemandu lokal sendiri.

Pencarian lewat Google menghasilkan beberapa organisasi yang menawarkan jasa tur ke TN Tanjung Puting, dan rata-rata mereka bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Komunikasi juga lebih lancar dengan adanya teknologi seperti email dan Whatsapp.

Perjalanan dimulai dari Jakarta ke kota Pangkalan Bun naik pesawat terbang. Setibanya di Pangkalan Bun kami dijemput oleh tour operator dan dibawa ke Tanjung Puting Visitor Centre di pelabuhan Kumai.

Di sana telah menanti kapal klotok yang akan menjadi tempat tinggal kami selama tiga hari dua malam. Kami hanya turun dari kapal saat berjalan ke camp untuk melihat orang utan. Bagian atas kapal tersebut telah dilengkapi dengan kasur dan bantal, meja makan dan kursi.

Di bagian bawah ada dapur, tempat tidur untuk crew kapal dan pemandu, kamar mandi dan WC. Untuk mandi, ada fasilitas shower yang bisa dipakai dengan menyalakan genset (generator). Air yang dipakai untuk mandi adalah air dari sungai. Untuk menggosok gigi telah disediakan air botol.

Biaya perjalanan sudah termasuk makan tiga kali sehari, makanan kecil, minuman ringan, dan persediaan air botol yang lebih dari cukup. Selama perjalanan di Sungai Sekonyer, kita bisa menikmati pemandangan hutan.

Kalau beruntung, kita bisa menjumpai burung King Fisher yang berwarna-warni, burung Hornbill yang ‘bertanduk’ kuning kejinggaan, monyet rhesus (macaques), monyet bekantan, dan tentu saja orang utan.

Pada malam hari, terpal di kedua sisi kapal dipasang untuk mengurangi jumlah nyamuk dan serangga malam lainnya di dalam kapal. Di atas kasur kami dipasangkan kelambu.

Dalam perjalanan ini sangat disarankan untuk membawa semprotan atau lotion penangkal nyamuk. Kalau khawatir akan penyakit malaria, sebaiknya minum obat antimalaria sebelum memulai perjalanan.

Seekor orang utan bergelantungan di alam liar
Seekor orang utan bergelantungan di alam liar. Foto: Istimewa

Kami sangat puas dengan layanan tur. Makanan yang disediakan bervariasi dan lebih dari cukup.

Pemandu lokal kami cukup fasih berbahasa Inggris dan berpengetahuan luas tentang hutan dan hewan-hewannya. Kenyamanan kami diperhatikan oleh crew kapal selama perjalanan.

Misool Raja Ampat, Papua Barat

Liburan kami lanjutkan dengan mengunjungi Pulau Misool yang merupakan bagian dari kepulauan Raja Ampat di Papua Barat. Sekali lagi kami menggunakan jasa tur dan kami bergabung dalam tur open trip (bukan tur privat).

Perjalanan dimulai dengan penerbangan pada malam hari dari Jakarta ke kota Sorong di mana sarapan telah disediakan. Di pelabuhan kapal yang akan membawa kami ke Pulau Misool sudah menunggu.

Setelah kurang lebih tiga jam perjalanan di laut, kami berhenti di sebuah pantai untuk makan siang. Lalu, tur dimulai dengan mengunjungi Pulau Banos di mana kami bisa melihat pemandangan yang indah.

Raja Ampat di Papua Barat
Penginapan di Raja Ampat. Foto: Istimewa

Pada sore hari kami tiba di tempat penginapan homestay yang sederhana tapi memadai. Walau tidak dilengkapi dengan AC, di setiap kamar ada kipas angin dan kamar mandi. Di sekitar penginapan ini bisa terlihat penyu, beberapa jenis ikan termasuk baby shark, dan bintang laut.

Aktivitas utama dalam tur ini adalah snorkelling, mengunjungi gua-gua keramat, berenang di danau ubur-ubur, dan mendaki ke Puncak Harfat di mana sejauh mata memandang bisa terlihat pulau-pulau yang tersebar.

Kehidupan bawah laut di daerah Raja Ampat memang sudah terkenal indahnya di kalangan penyelam internasional. Walaupun begitu, berbagai jenis ikan yang berwarna-warni, karang laut yang indah, penyu dan bintang laut bisa kita amati hanya dengan melakukan snorkelling.  

Walaupun biaya tur bisa dikatakan cukup mahal, selama tur tidak ada pengeluaran lain kecuali pada hari terakhir ketika kita ingin membeli oleh-oleh di Sorong. Makan tiga kali sehari, air minum, dan camilan selama perjalanan telah disediakan dan lebih dari cukup.

Obat-obatan yang umum bagi orang Indonesia seperti Tolak Angin dan minyak kayu putih bisa didapatkan dari pemandu tur. Untuk obat-obatan pribadi disarankan untuk membawanya sendiri.

Beberapa kawasan di Raja Ampat dipenuhi dengan sampah, kata Anggrahini
Beberapa kawasan di Raja Ampat dipenuhi dengan sampah, kata Anggrahini. Foto: Istimewa

Masih banyak sampah

Kedua perjalanan ke tempat yang berbeda ini sangat mengesankan bagi kami. Di Kalimantan, walaupun kapal klotok kami termasuk sederhana, fasilitasnya cukup memadai.

Bagi yang ingin merasa lebih nyaman, bisa menyewa kapal klotok yang dilengkapi dengan kipas angin, bahkan AC. Tentunya harganya juga akan lebih mahal.

Pariwisata ke TN Tanjung Puting cukup populer di kalangan wisatawan asing. Justru sepertinya wisatawan asing lah yang lebih peduli tentang kesejahteraan orang utan dibanding dengan orang-orang Indonesia sendiri. Di Misool, Raja Ampat, fasilitas sederhana yang disediakan oleh pengelola tur dan pemilik penginapan sudah memadai bagi kami.

Bagi wisatawan yang menginginkan kenyamanan dan kemewahan, disarankan untuk menginap di tempat sejenis eco resort. Tur yang mengutamakan snorkelling kelihatannya lebih populer di kalangan wisatawan lokal.

Wisatawan asing sepertinya lebih tertarik pada tur menyelam (diving) atau berlayar (sailing). Banyak juga diving tour atau sailing tour yang dikelola oleh orang asing, dan pelanggan mereka juga wisatawan asing.

Satu hal yang sangat disesalkan ketika mengunjungi Misool adalah jumlah sampah yang berserakan di berbagai pantai dan pulau yang kami singgahi. Sampah-sampah ini kebanyakan terdiri dari botol air, gelas plastik, dan kemasan keripik.

Demi menjaga keindahan dan kesinambungan kehidupan bawah laut Raja Ampat, perlu diadakan peraturan yang lebih ketat dan pengelolaan sampah yang lebih baik. Tentunya, kesadaran kita sebagai wisatawan juga harus ditingkatkan dengan cara tidak meninggalkan sampah di tempat-tempat wisata tersebut.

*Sumbangan Tulisan: Christin Anggrahini.

Christin Anggrahini berasal dari Indonesia, dan sekarang menjadi guru Bahasa Indonesia di Sydney yang terpacu keinginan untuk menjelajahi berbagai pelosok tanah airnya sendiri dan memperlihatkan kepada suaminya keindahan dan keunikan Indonesia yang tidak kalah dengan negara-negara lainnya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/wisata-nad-budaya/pesona-indonesia-orang-utan-dan-raja-ampat/8190728
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement