Selasa 24 Jan 2017 06:15 WIB

Menelusuri Kitab Suci Zabur

Rep: Hafidz Muftisany/ Red: Agung Sasongko
Kitab Kuning (Iustrasi)
Foto: ROL/Mardiah
Kitab Kuning (Iustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Daud AS merupakan nabi pertama yang mendapatkan kitab suci bernama Zabur. Kata zabur berasal dari kata verbal, zabara-yazburu-zabr, yang berarti menulis. Jadi, Zabur menurut arti asalnya, berarti kitab yang tertulis dengan bentuk jamaknya zubur. Alquran banyak berkisah mengenai Zabur.

Dalam Alquran kata Zabur dalam bentuk jamak zubur disebutkan pada sembilan ayat, yaitu surah asy- Syu‘ara’ ayat 196, surah Ali Imran ayat 184, surah an-Nahl ayat 44, Fatir ayat 25, al-Qamar ayat 43 dan 52, al-Isra’ ayat 55, an-Nisa’ ayat 163, dan surah al-Anbiya’ ayat 105.

Dalam bentuk mufrad (tunggal) Zabur disebutkan pada tiga ayat dalam Alquran, yaitu surah al-Isra’ ayat 55, surah an-Nisa’ ayat 163, dan surah al-Anbiya’ ayat 105. Ayat ini menunjukkan bahwa Zabur merupakan kitab yang khusus diberikan kepada Nabi Daud AS.

Alquran dan terjemahannya yang dikeluarkan Departemen Agama menerjemahkan kata zabur dalam surah al-Anbiya’ ayat 105 dengan seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi- Nya. Terjemahan ini tidak mengkhususkan Zabur kepada Nabi Daud AS saja. Arti dan penjelasan ini diberikan karena pada surah al- Anbiya’ ayat 105 ini kata zabur tidak dihubungkan dengan Nabi Daud AS.

Berbeda dengan surah al- Isra’ ayat 55 dan surahan-Nisa’ ayat 163 yang menghubungkan Zabur dengan Nabi Daud AS. Dalam bentuk jamak zubur, menurut Alquran, merupakan nama umum bagi semua kitab suci yang diwahyukan kepada nabi-nabi terdahulu (QS asy-Syu’ra’ [26]: 196, QS Ali Imran [3]: 184, QS an-Nahl [16]: 44, QS Fathir [35]: 25, dan QS al-Qamar [54]: 43). Sedangkan dalam surah al-Qamar ayat 52, kata zubur diartikan dengan kitab-kitab perbuatan manusia, yakni buku- buku catatan yang ada di tangan malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia.

Zabur dengan arti kitab yang diwahyukan kepada Nabi Daud AS juga disebut dalam bahasa Arab dengan mazmur dan jamaknya mazamir. Menurut Shorter Encyclopaedia of Islam, mazmur dalam bahasa Ibrani disebut mizmor, dalam bahasa Suriani disebut mazmor, dan pada bahasa Ethopia disebut mazmur.

Jadi, sebenarnya Zabur Nabi Daud AS dengan definisi tersebut menerangkan bahwa kitab suci ini sebenarnya merupakan kumpulan mazmur, yakni nyanyian rohani yang dianggap suci (Psalms dalam bahasa Inggris) yang berasal dari Nabi Daud AS.

Zabur berisi 150 nyanyian (mazmur) yang disenandungkan Nabi Daud AS dengan mengungkapkan semua pengalaman yang dialaminya pada masa hidupnya. Pengalaman tersebut, seperti pengakuan dosanya, kisah kejatuhannya, pengampunan dosanya oleh Allah, sukacitanya tentang kemenangannya atas musuh Allah, kemuliaan Allah seperti dinyatakan oleh alam dan hukuman Allah, dan kemuliaan Messiah (Nabi Muhammad) yang akan datang.

Zabur yang merupakan mazmur berisi lima tipe nyanyian, yaitu, nyanyian liturgi kebaktian untuk memuji Allah, nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur, ratapan- ratapan jamaah, ratapan dan doa individu, serta nyanyian untuk raja.

Ada pendapat mengatakan, tidak semua mazmur dalam Perjanjian Lama merupakan Zabur Nabi Daud AS. Dari 150 nyanyian kudus yang kini masuk bagian Perjanjian Lama diperkirakan 73 saja, di antaranya dinisbahkan (berasal) dari Nabi Daud AS.

Tentang penetapan Zabur bahwa Allah akan mewariskan bumi kepada manusia yang saleh, seperti dinyatakan oleh Alquran, dapat dilihat bukti penetapan itu dalam Mazmur Daud pada Perjanjian Lama. Alquran mengatakan, “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz bahwasanya bumi ini dipusakai oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS al-Anbiya’ [21]: 105).

Sebutan Lauh Mahfuz ternyata juga tercantum di dalam Zabur sebagaimana dikisahkan dalam Alquran. Lauh Mahfudz, menurut Zabur, adalah catatan tentang ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT. Sedangkan pernyataan Alquran tentang bumi yang dipusakai oleh orang-orang yang saleh, hal ini juga ternyata terdapat dalam Zabur.

Dalam Perjanjian Lama, Mazmur 25:12-13, disebutkan, “Siapakah orang yang takut kepada Tuhan, Kepadanya Tuhan menunjukkan ja lan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetapkan dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.”

Ayat ini menjadi satu referensi bahwa tidak ada perbedaan akidah dan tauhid antara Nabi Daud AS hingga Nabi Muhammad SAW. Umat mereka sama-sama disebut sebagai orang-orang saleh dan dipusakai untuk menjadi khalifah di muka bumi. Baik orang-orang saleh pada zaman terdahulu seperti umat Nabi Daud AS hingga orang-orang saleh masa kini yang menjadi umat Nabi Muhammad SAW.

Baik dalam kitab Zabur maupun Alquran, keduanya menyebutkan bahwa bumi beserta isinya diwariskan kepada orang saleh, yakni mereka yang beriman kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement