REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah bahan yang dibuat dari minyak sayur yang 200 kali lebih kuat daripada baja diharapkan akan membuat bahan ini bisa berguna secara komersial dan diproduksi lebih murah.
Bahan bernama Graphene, yang dibuat dari serangkaian lapisan karbon, sangat ringan, dan memiliki kekuatan 200 kali lebih kuat daripada baja dan mampu menjadi pengalir listrik lebih bagus daripada tembaga. Dengan kualitas seperti ini, graphene ini bisa digunakan sebagai bahan elektronik, sel tenaga surya dan bahkan di dunia kedokteran.
Namun graphene ini sangat sulit dan mahal dibuat, kecuali di laboratorium. Teknik produksi selama ini yang lebih dikenal adalah pengunaan panas yang tinggi, dan penggunaan bahan yang mahal seperti logam yang alami, dan gas yang mudah meledak.
Sekarang sekelompok ilmuwan Australia sudah merinci bagaimana mereka membuat graphene dari bahan sehari-hari yang dibuat dalam kondisi udara normal. Mereka mengatakan penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, Selasa (31/1) akan membuka peluang bagi pembuatan graphene yang murah.
Material ini dibuat dari minyak kedelai
Untuk membuat graphene ini, minyak kedelai dipanaskan dalam sebuah tabung selama 30 menit, kemudian diurai ke dalam blok pembentukan karbon, di selembar lapisan yang terbuat dari nikel. Kemudian lapisan ini didinginkan, dan disebarkan ke permukaan lapisan untuk menjadi lapisan graphene, selebar lima sentimeter kali dua sentimeter, dengan ketebalan satu nanometer (sekitar 80 ribu kali lebih tipis dibandingkan rambut manusia).
Salah satu peneliti Zhao Jun Han dari Lembaga Peneliti Utama Australia CSIRO, proses yang mereka lakukan lebih cepat dan lebih efisien dari penggunaan energi dibandingkan metode lain. "Metode lain memerlukan waktu beberapa jam untuk memompa tabung, membuat film dan mendinginkannya," katanya.
Zhao mengatakan proses yang mereka lakukan bisa menurunkan ongkos produksi 10 kali lebih kecil. "Kami percaya proses ini bisa secara signifikan menurunkan ongkos membuag film graphene. Ini bisa digunakan untuk berbagai hal yang sebelumnya tidak dimungkinkan karena biaya yang mahal untuk membuat film graphene," katanya.
Kemajuan namun apakah ini bisa diproduksi massal?
Pakar Graphene Professor David Officer dari University of Wollongong mengatakan pengunaan minyak kedelai sebagai sumber karbon yang murah adalah langkah maju dalam produksi graphene, dan akan mendapat perhatian dari dunia keilmuan.
"Potensinya besar sekali." katanya.
"Tetapi pertanyaannya adalah apakah kita bisa meningkatkan produksi ini dalam skala besar, misalnya memasukkan minyak ke dalam tabung panas dan membuat film sebesar satu meter."
Professor Officer mengatakan pembuatan film graphene dalam skala besar adalah masalah besar yang sedang dicari pemecahannya oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Film graphene terbesar yang sudah berhasil dibuat sejauh ini adalah sebesar kartu kredit.
Dr Zhao mengatakan CSIRO saat ini sedang meneliti bagaimana untuk menerapkan film graphene tersebut digunakan sebagai pengganti membran penyaring air, dan menggantikan bahan yang mahal seperti emas dan platinum yang digunakan di sel solar.
"Kami juga berpikir mengenai menggunakan graphene ini untuk bahan penyimpan energi seperti batere dan supercapacitors. Film ini juga bisa digunakan sebagai perantara bagi aliran energi yang sangat efisien." katanya.
Diterjemahkan pukul 14:20 AEST 31/1/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak artikelnya dalam bahasa Inggris di sini