REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih mengakui sekarang ini tidak banyak anak muda mencintai pertanian seiring dengan gaya hidup perkotaan.
"Di Indonesia, tidak banyak anak muda yang mencintai pertanian," kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu, saat mengunjungi Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Semarang, Rabu (1/2).
Dalam kunjungannya di Desa Kandri, Sri melihat aktivitas masyarakat yang dikembangkan untuk wisata, seperti belajar bertani, beternak, dan berbagai aktivitas ekonomi yang mendukung desa wisata.
Ia pun tidak menduga di Kota Semarang yang notabene merupakan kawasan metropolitan ternyata masih menyimpan wilayah pertanian yang potensial dikembangkan untuk sektor wisata dan ekonomi. "Di luar dugaan ada seperti ini karena membayangkan kota. Semarang yang metropolitan ternyata ada suatu kawasan ekonomi masyarakat dan desa wisata, seperti Desa Wisata Kandri," katanya.
Bahkan, kata dia, aktivitas wisata di Desa Kandri pun bisa dikembangkan secara lebih luas, seperti sarana pembelajaran bagi pelajar dan anak-anak muda mengenai sektor petanian. "Bukan hanya berwisata, tetapi ada unsur pembelajarannya, terutama bagi anak-anak. Orang-orang yang datang juga bisa belajar menanam padi, bertani, beternak, perikanan, dan sebagainya," katanya.
Konsep desa wisata yang menawarkan pembelajaran pertanian itu, lanjut dia, jika dikembangkan secara luas di berbagai daerah bisa menarik anak-anak muda untuk kembali mencintai pertanian.
Ia mengatakan Desa Wisata Kandri bisa menjadi ditiru bagi daerah-daerah lain yang memiliki potensi serupa untuk menjadikan desanya sebagai referensi wisata dengan menjual aktivitas desa. "Ya, kegiatan pembelajaran pertanian, seperti bertani, berkebun, beternak, sistem hidroponik, dan sebagainya ini bagi masyarakat kota akan sangat menarik. Bisa jadi referensi wisata," katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengharapkan Desa Wisata Kandri mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak untuk pengembangan yang lebih optimal. "Karena kalau memang mau terintegrasi semua di Kandri (Desa Wisata Kandri, red.) memerlukan biaya yang besar," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
Ita berharap kunjungan Wantimpres itu bisa mendorong pemerintah pusat untuk membantu pengembangan Desa Wisata Kandri secara terintegrasi, demikian pula dari pemerintah provinsi.