REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Salah satu kawasan perkebunan buah terbesar di Australia yaitu lembah Goulburn Valley di Victoria, saat ini mengalami kekurangan tenaga pemetik buah justru di saat kritis seminggu menjelang musim panen pekan depan.
Para petani buah pir, persik dan apel di wilayah ini menyatakan tidak cukup tenaga yang akan melakukan pemetikan buah. Menurut Scott Cameron dari perusahaan tenaga kerja MADEC, sekitar 40 persen kebutuhan tenaga kerja belum terpenuhi saat ini.
"Kami sudah mulai mengalami kekurangan tenaga kerja. Kami mungkin mendapatkan 60 persen angkatan kerja yang benar-benar diperlukan di sana," katanya kepada ABC.
MADEC menjalan kontrak dari Pemerintah Australia melalui National Harvest Labour Information Service, yang menghubungkan pencari kerja dengan lowongan menjadi tenaga panen. Lembaga ini memiliki kantor di hampir semua wilayah pertanian utama di Australia.
Untuk wilayah Victoria Utara, musim panennya sebenarnya sudah dimulai sebelum Natal namun puncak panen baru akan dimulai awal Februari ini. Wilayah ini menjadi perhatian kalangan sektor pertanian karena mereka memandangnya sebagai ujian bagi reformasi pajak backpacker yang dilakukan Pemerintah Australia.
Namun Cameron enggan menyalahkan perubahan aturan pajak tersebut atas kurangnya tenaga kerja saat ini. "Sangat sulit mengukur atau menyebut dampak pasti (dari perubahan pajak backpacker)," katanya.
"Barangkali ada dampaknya namun orang-orang ini sebenarnya sudah Australia saat ini sehingga memang sulit dipastikan," kata Cameron.
Dia menambahkan, wilayah pertanian tersebut kesulitan merekrut pekerja tahun lalu, namun kekurangan pekerja saat ini tampaknya menjadi yang paling berat dalam beberapa tahun terakhir.
"Kami kesulitan memenuhi kebutuhan 100 persen lowongan kerja tahun lalu," kata Cameron.
"Kami hanya bisa menutupi 85 sampai 90 persen saja tahun lalu, namun tahun ini lebih rendah lagi sekarang," tambahnya.
Diterbitkan Pukul 12:30 AEST 1 Februari 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.