Selasa 10 Mar 2015 14:48 WIB

Kemenpora Didorong Daftarkan Atlet ke BPJS

Menpora Imam Nahrawi
Foto: kemenpora.go.id
Menpora Imam Nahrawi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk melindungi kesehatan para atlet dan pelatih nasional yang menghuni Program Indonesia Emas (Prima) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Satlak Prima disarankan untuk mendaftarkan mereka menjadi anggota Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Selain lebih efektif karena jaminan kesehatan olahragawan nasional ditanggung pemerintah, mengasuransikan kesehatan mereka kepada BPJS juga bisa mengefisienkan anggaran.

“Jika ada 1.000 atlet nasional didaftarkan ke BPJS dengan mengambil layanan kelas 1, maka anggaran tidak sampai satu miliar dalam setahun. Dengan demikian keikutsertaan atlet melalui BPJS lebih menghemat anggaran.” kata pakar kesehatan, Zainal Abidin, di Jakarta, Selasa (10/3).

Meski demikian, Zainal yang juga Ketua Bidang Sport Science dan Iptek Olahraga KONI Pusat menegaskan, asuransi terhadap kesehatan atlet memang sangat khusus karena mereka rentan mengalami cedera parah baik saat latihan maupun bertanding. Ini berbeda dengan warga masyarakat lain.

Karena itu, Kemenpora diharapkan bisa membuat nota kesepahaman dan kerjsama dengan Kementerian Kesehatan terkait perlindungan atlet ini. Oleh karena itu bisa dipilih program BPJS dengan COB (Coordination of Benefit).  “Atlet kan berjuang demi negara, maka kesehatan dan keamanannya pun harus ditanggung negara. BPJS juga tentu saja harus memahami dan bekerja cepat dan profesional dalam penanganan kesehatan bagi kalangan olahragawan,” tegasnya.

Yang pasti, lanjutnya, dengan adanya efsiensi jika asuransi kesehatan melalui BPJS, maka anggaran yang tersedia di Kemenpora bisa direlokasi untuk pembinaan olahraga dan optimalisasi penerapan sport science yang masih minim di kalangan olahraga nasional. Sehingga pada gilirannya bisa meningkatkan prestasi olahraga Tanah Air yang tengah mempersiapkan diri menghadapi SEA Games 2015 dan terutama tuan rumah Asian Games 2018.

Kegagalan Indonesia bersaing pada berbagai ajang multievent dalam dua tahun terakhir, lanjut Zainal, seharusnya menjadi pendorong Indonesia untuk secepatnya memaksimalkan penerapan sport science. "Ini karena apa penerapan Iptek olahraganya masih minim dan belum optimal." tutur Zainal.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement