REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Usai tampil pada Olimpiade di Rio Janeiro, sejumlah kegiatan menanti atlet panahan putra Indonesia Riau Ega Agata Salsabila di tahun 2016 ini, bukan hanya dalam bidang olahraga namun juga urusan kuliahnya yang belum selesai di di Surabaya.
"Pihak kampus sudah memberi kabar bahwa saya sudah harus mengambil skripsi," kata mahasiswa jurusan ekonomi manajemen Univesitas Narotama Surabaya tersebut, ketika ditemui seusai pertandingan babak perdelapan final di arena panahan Sambodromo, Rio de Janeiro.
Namun selain fokusnya untuk mengejar gelar sarjana tersebut, Ega juga masih punya tugas sebagai atlet, yakni memperkuat tim Jawa Timur pada Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat September 2016.
Setelah PON, kemungkinan akan ada waktu lebih luang untuk menyelesaikan kuliahnya yang sudah memasuki semester akhir itu, sebelum disibukkan lagi dengan kegiatannya sebagai "Robin Hood" Indonesia.
Sejak awal tahun 2016 ini, Ega memang lebih banyak fokus pada program latihan dalam menghadapi Olimpiade ke-31 di Brazil, bersama rekan-rekannya dalam tim panahan Indonesia di bawah asuhan pelatih Denny Trisjanto.
Meskipun akhirnya terhenti di babak perdelapan final, atlet asal Jawa Timur tersebut sempat membuat kejutan besar setelah berhasil mengalahkan juara dunia panahan asal Korea Selatan Kim Woojin.
Kemenangannya pada putaran kedua tersebut membuat nama Ega menjadi bahan pembicaraan di kalangan panahan dunia saat itu, dan juga oleh para netizen di dunia maya. Sayangnya Ega tidak bisa melanjutkan kejutannya setelah dikalahkan pemanah Italia di perempat final.
Atlet putra kelahiran Blitar, Jatim 25 Oktober 1991 ini merupakan salah satu andalan Indonesia untuk event-event panahan tingkat internasional. Terakhir pada SEA Games 2015 lalu ia bersama Ika Yuliana meraih medali emas. Kemudian pada Piala Dunia Panahan 2015 di Shanghai, China, Ega meraih medali perunggu.
Dari prestasinya di berbagai event internasional itulah ia untuk pertama kalinya lolos Olimpiade 2016 yang merupakan Olimpiade pertamanya. "Kalau ada kesempatan, saya masih ingin bisa tampil di Olimpiade lagi empat tahun nanti," kata anak dari pasangan M Nirwanto dan Suti Sulicha Yusuf ini.
Meskipun bukan dari keluarga kalangan panahan, namun kedua orang tuanya ikut mendukung karir Ega di olahraga ini yang dikenalnya saat usia 10 tahun di Blitar. Karir panahan Ega mulai terarah setelah ia pindah ke Surabaya untuk melanjutkan sekolah di SMP serta bergabung dalam PPLP Panahan di kota itu.
Kini Ega semakin memantapkan keseriusannya untuk terus menekuni olahraga ini hingga meraih prestasi terbaik. "Tadinya saya kurang begitu suka dengan panahan, tapi lama-lama olahraga ini makin menyenangkan. Saya bisa latihan konsentrasi, dan saya juga suka mengutak-atik alat panahan sendiri," kata Ega.