REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dewan Pelaksana Program Indonesia Emas (Prima) meminta 40 pengurus cabang-cabang olahraga untuk menyampaikan proposal kebutuhan mereka terkait pemusatan pelatihan nasional jelang Asian Games 2018.
"Setidaknya, pengurus cabang olahraga dapat memprediksi kebutuhan mereka. Kami menunggu proposal kebutuhan mereka serta alasannya sampai Desember 2018," kata Ketua Dewan Pelaksana Prima Raden Isnanta di Jakarta, Selasa (27/9).
Dalam proposal kebutuhan pelatnas itu, Dewan Pelaksana Prima meminta pengurus cabang-cabang olahraga untuk mencantumkan juga kebutuhan pemusatan pelatihan di luar negeri dan keikutsertaan dalam kejuaraan-kejuaraan uji coba.
"Kami akan melihat terlebih dahulu keinginan pengurus cabang olahraga beserta hitungan anggarannya," kata Isnanta yang juga menjabat sebagai Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Kemenpora, menurut Isnanta, akan mengusulkan kepada Kementerian Sekretariat Negara terkait perizinan pengiriman atlet dalam kejuaraan uji coba di luar negeri yang lebih sederhana tanpa harus menunggu izin dari Sekretariat Negara. "Tapi, perizinan itu juga menyangkut keputusan Kementerian Keuangan. Kami baru mengirimkan surat agar perizinan hanya kepada Menpora," ujarnya.
Dewan Pelaksana Prima, Isnanta menerangkan, juga akan menyeleksi cabang-cabang olahraga yang berpotensi merebut medali bagi Indonesia dalam Asian Games 2018 meskipun Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) telah menetapkan 19 cabang olahraga.
"Kami akan memprioritaskan mana cabang olahraga yang paling berpotensi meraih medali dan mampu menembus peringkat 10-15 besar. Pemetaan cabang olahraga prioritas itu akan cenderung sama dengan pemetaan yang telah dilakukan Satlak Prima pada 2016," kata Isnanta.
Selain pemetaan cabang olahraga prioritas, Dewan Pelaksana Prima juga akan memprogramkan pemusatan pelatnas mulai Januari 2018. "Kami masih mempertimbangkan lokasi pelatnas untuk Asian Games di lokasi bekas penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional, apakah di Palembang, Sumatra Selatan atau di Bandung, Jawa Barat," katanya.
Isnanta menambahkan pemusatan pelatihan nasional dalam satu lokasi bertujuan untuk mengendalikan pelayanan akomodasi dan konsumsi seperti pengawasan makanan dan gizi atlet.