Senin 16 Oct 2017 12:51 WIB

Perubahan HCC Asian Games 2018, Positif Buat Cari Sponsor

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Wapres RI Jusuf Kalla (tengah) didampingi Meteri PUPR Basuki Hadimuljono (ketiga kiri) dan Ketua Komite Penyelenggara Asian Games Indonesia (INASGOC) Erick Thohir (kanan) meninjau proses renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Senayan, Jakarta, Selasa (3/10).
Foto: Republika/Prayogi
Wapres RI Jusuf Kalla (tengah) didampingi Meteri PUPR Basuki Hadimuljono (ketiga kiri) dan Ketua Komite Penyelenggara Asian Games Indonesia (INASGOC) Erick Thohir (kanan) meninjau proses renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Senayan, Jakarta, Selasa (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Perubahan kesepakatan Host City Contract (HCC) Asian Games 2018 yang baru saja disetujui oleh Komite Olimpiade Asia (OCA), diyakini akan membawa dampak positif bagi pencarian sponsor multievent terbesar di benua Asia ini.

Ketua Deputi II INASGOC Francis Wanandi kepada Republika.co.id, Senin (16/10), menyatakan kesepakatan baru HCC yang baru saja disetujui OCA merupakan sesuatu yang menguntungkan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Kesepakatan baru ini juga diyakini akan memberikan dampak positif.

"Kesepakatan baru HCC merupakan bentuk kepercayaan dunia internasional kepada kita, jika sebelumnya dana sponsor hanya bisa digunakan sehari setelah pembukaan Asian Games 2018, dengan kesepakatan baru dana sponsor sudah dapat kita gunakan Sebelumnya. Hal ini akan bersama positif dalam bentuk kepedulian dari sponsor lokal maupun internasional," ujar Francis.

Total dana yang dibutuhkan INASGOC untuk pelaksanaan Asian Games 2018 sebesar Rp 5,6 triliun, dana yang disetujui pemerintah sebesar Rp 4,5 triliun. Sehingga kekurangan Rp 1,1 triliun harus didapat dari pencarian sponsor.

Saat ini, menurut Francis, sudah ada 70 persen dana sponsor. "Target komposisi perolehan sponsor adalah 35 persen internasional melalui OCA, 30 persen dari BUMN, dan sisanya 35 persen dari swasta nasional. Saya optimistis dana dari sponsor akan dapat dipenuhi."

Menurut Francis, Asian Games adalah ajang internasional, jadi wajar perusahaan internasional yang justru lebih dahulu melakukan kerja sama sponsor-sponsor, mengingat pasar mereka memang dunia internasional. Tapi dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan kesepakatan dengan sponsor lokal, baik BUMN maupun swasta nasional. "Akhir bulan ini kita akan melakukan penanda tanganan kerja sama dengan BUMN, sedangkan untuk swasta nasional kemungkinan baru awal bulan November."

Untuk BUMN, Francis menyebutkan ada tujuh BUMN besar dan ada 12 BUMN menengah bawah yang akan mendukung kegiatan Asian Games 2018. Sementara, swasta nasional dikisaran delapan hingga 10 perusahaan yang akan bergabung. "Kita akan terus mencari sponsor hingga hari pelaksanaan Asian Games 2018 nanti. Tetapi semakin cepat sponsor bergabung mereka akan mendapatkan benefit yang lebih baik. Karena kita akan melakukan promosi sebelum pelaksanaan Asian Games 2018," jelas dia.

Menurut Francis, alasan pihak swasta masih belum bergabung karena Asian Games adalah kegiatan internasional, sementara produk swasta nasional masih belum merasa perlu untuk melakukan promosi ke dunia internasional.

Padahal, lanjut Francis, ajang Asian Games 2018 merupakan kesempatan paling berharga bagi swasta nasional. Inilah saatnya produk lokal Indonesia dikenal dunia internasional. "Dengan ikut bergabung bersama kami mendukung Asian Games, produk mereka akan dikenal oleh minimal 45 negara peserta yang akan ikut ambil bagian" kata Francis menjelaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement